Selasa, 03 September 2013

Aku Tetap Mencintaimu


Diantara gelombang ombak yang menghantam
 batu batu karang di dalam lautan yang biru
disanalah aku berada mencarimu seperti dulu
 dengan cinta dan kesetiaanku yang membiru


Dari dasarnya laut yang bergelombang
 hingga menjadikan bencana bencana amarah
yang sangat menentang hati dan jiwa
disanalah aku duduk merintih dan menangis
mengisikan hari yang sepi dengan kepergianmu

 Saat angin bergelombang membawa air laut
 lalu melup dan menindih pasir pasir di pantai
 disana pula suaraku memanggil nama namamu
 yang selalu terukir indah
di setiap dinding hatiku

Namun Kau tak pernah tahu
kalau semuanya itu adalah aku
yang sangat merinduimu

Makna Mati


seperti awan yang indah kulihat di langit
penuh dengan lukisan yang bermakna
mewarnai setiap mata yang melihatnya
namun kau menghilang di terpa angin

 Setiap lentik kata katamu kumaknai

di atas pohon kerinduanku yang dalam
 namun semua itu hanyalah sapa angin
yang memetik bunga mirah lalu kau buang

Teganya Dirimu


Malam mulai hanyut
di atas langit tak bersinar
 petangnya menghinggapi 
raut wajah langit yang biru
 hingga tak tertampak
ulasan
yang sangat indah dan menanar
 pada mata kecilku yang melolot mencarinya

Malam semakin larut
dan petangnya sangat memekat
hingga pandangan mataku
melabu pada langit yang gelap
tiada sinar,tiada cahaya,
hanya obor kehampaan yang ada

 untuk mewarnai malam jiwaku 
hingga berlabuh di ujung kepasrahan

Kini kau seperti angin mencubit pipi malam
dengan kepakan daun yang melambay
 di antas ranting dan pohon yang tumbang
lalu kau biarkan hingga ku merintih
dengan seribu kecewa yang dalam

Senin, 02 September 2013

Semua Hanya Mimpi


Seperti petir di balih rintik air mata langit yang jatuh
 pada bumi yang gersang dan kering serta panas

menengedap endab lalu mematahkan pepohonan
hingga terkulay dan terhanyut kedasar lalut yang dalam

Sepatah kata dan senyuman yang merentang
pada kehampaan jiwa lalu merobek bagai kertas
terbakar oleh sesumut korek api lalu menjadi abu
kau tebarkar pada hati jiwaku yang membiru
hingga menjadikan batu batu cadas tak berair

Angin menyapa dengan lirih pada hati kecilku
hingga aku terayun senyap bersama mimpimu
yang terucap pekat mengenang bingkai bibir memirah
namu kau lari bagai kepulan asap di balik gunung
lalu terbang menjauh hingga ku tak mampu melihat




Langitku tak lagi indah


Teruntuk ukiran langit memadati bening mataku
lalu jadikan hati menjerit yang menuang di keheningan
dengan tetesan bening air mata lusuh tak berharap lagi
 akan kehadiran cinta sebening malam yang indah

seperti yang pernah kau tinggalkan dalam hati ini

Sore menyapa dengan rayuan jingga penuh warna
rentangannya sama seperti kau ukir dalam laba jiwa
namun kebulan asab pekat dari balik gunung memadatinya
hingga mataku patah dalam kepakan pandangan senja





Mungkin sore ini air laut sudah surut dan kembali
pada cela cela lubangnya atau berpindah tempat
dari pulau kepulau tuk tinggalkan kenangan indah
lalu menjadikan pasir pasir di pantai mengering
dan terinjak injak oleh kaki rasa yang menentang