Kamis, 09 Juni 2016

Ketika pagi

Dari balik jendela yang terbuka saparu terhimpit embun...
Seulas wajah cantik yang tersenyum indah bak bunga mawar
Kini aku melihatnya walau hanya tak begitu jelas di sana...

Rambutnya yang terurai indah tersisir rapi di pagi buta
Sungguh hitamnya mengekalkan harapan di dada
Ingin sekali kali aku panggil dengan suara pelepaas
Namun suara burung terus menukik hari menutupi pagi
Hingga tak mampuku berkata apa selain hanya desah angin yang menjiwa...

Oooh pagi yang indah dirempah panurama jiwa
Betapa indah rasa engkau aku dapatkan sebagai penggantung jiwa
Dan betapa bahagia engkau dapat ku harapkan sebagai pemulas kata
Kata yang tlah lama akh bungkam dalam jiwa
Kata yang tlah lama aku pendam dalam raksa dada...

Tak inginkah engkau

Ayu jangan hanya melihat...
Tak inginkah engkau menjadi nafasku yang senantiasa aku desahkan
Dan yang senantiasa aku haturkan pada kehanyutan malam
Seketika aku ada di dalam kesepian ingin menjamah mimpi

Ayo Jangan hanya tersenyum saja...
Katakanlah dengan jemari jemari tanganmu yang indah
Karena aku tau bibirmu membungkam bunga yang tak mampu bermekar
Dalam tangkainya yang sudah membiru dengan tetesan sang embun..

Jangan hanya mendesah.....
Dan jangan biarkan ramalan ramalan dirimu menyiksa lalu berkata entah
Katakanlah yang sesungguhnya di dalam hatimu
Karena hatiku akan bijak meluapkan segalamu yang berpasrah...

Hasrat

Di teluk hatimu ingin aku berlayar mengarungi lautan yang luas
Serta ku nikmatin indahnya panorama dunia yang nyata
Hingga tak mampu lagi ku berjalan mengikuti arusnya dunia
Selain hanya dengan indahnya kebersamaan dirimu

Di dasar hatimu pula ingin bermandikan air cinta yang indah
Serta ingin aku engkau tenggelamkan di sana sampai usai
Hingga tak mampu lagi aku bangun selain dari kedua tanganmu yang sungguh
Untuk membawaku kepinggir danau yang berpasir....

Namun aku hanyalah pengamin yang belum di doakan
Oleh keinginan yang kau suguhkan oleh dedoamu
Hingga kini aku hanyalah penadah yang setia berharap
Akan sebutan sebutan yang kau sebut setiap saat atas diriku....

Andai saja

Andai saja aku menjadi bintang yang mampu menerangi malam
Mungkin hatiku takkan slalu merintih dengan menyebut nyebut namamu
Namun apalah daya sedangkan aku hanyalah batu hitam
Yang hanya bisa menatapmu dengan kepiluan

Andai saja aku manusia bersayap walau tak sesayap merpati...
Mungkin aku mampu menuju istanamu walau hanya bermain di atas atapnya
Namun apalah daya sedangkan aku adalah manusia mungil yang tak dapat apa apa selain hanya bisa bersuara dan memanggil namamu dalam jarak yang berbeda....

Tak mampu kusebut

Setadah harap aku ingin menyapa dengan namanya
Namun bibirku tak mampu untuk menyebut aksaranya
Nama yang begitu indah dan aksara yang begitu berupa
Bak malika bilkis sang penguasa di jaman sulaiman sang raja

Sekali lagi ingin aku bertanya tanya tentangnya
Namun hati berdetak keras dengan debaranya
Sesekali rupa rupa elok mengutarakan dengan senyumnya
Membuat keterbungkaman yang begitu resah dengan hamparan nadaku

Oooh....
Dengan apakah aku harus mengutarakan bahasaku
Sedanhkan detak debar yang mengayun lepas di dadaku
Kini semakin tak mampu untuk menyebut namanya
Haruskah aku hitung satu persatu Namaku dan Namamu
Atau harus ku bungkam saja sebagai pengabdian rasa.....

Kau Yang Cantik

Mungkin Malam takkan mampu merayumu dengan dinginnya
Hingga menjadikan dirimu berselimut tebal di atas tidurmu
Karena dari bibirmu yang memekarkan bunga memirah
Kulihat mengembun hingga mensyiratkan bahasa basa senja yang indah

Dan Mungkin jua pagi yang menyapa dengam rayuan sinarnya
Takkan mampu pula melunakkan jiwa hatimu yang indah
Karena aku lihat dari matamu cahaya terang yang membinar

Serta Mumgkin daun daun kan iri dengan bahasamu yang sejuk
Seketika angin kau hempaskan dari tiupanmu yang meruah
Hingga mengharumi seluruh alam sejagat jiwa...

Sayatan jiwa

Mungkin aku tercipta sebagai bentuk luka yang dalam
Berharap kesetiaan embun yang sejuk di pagi hari
Dengan setadah doa yang ku sebut sebut atas sebuah nama
Namun semuanya hilang dan sirna di telan masa..

Bagaikan ranting.......
Aku adalah patahan patahan yang kering tiada berair
Mengharap setetes embun dari langit yang hijau
Namun sang mentari mengawalinya dengan sengatannya
Pedih,hampa,pahit, derita hanyabitulah sapuan sapuan angninku yang ada

Oooh rasa yang bernuansa....
Keindahanmu sementara ku pijak lalu rapuh di telan masa
Kau pergi gantikan kenangan yang begitu pedih
Lalu kau tetapkan luka luka yang menyayat jiwa.....

KEPEDIHAN

Dengarlah kisahku ini...
Serumpun pilu kini mengisak isak tangis di ujung malam
Kegelapan semakin memilukan dengan tonggak kisah yang senja
Sesaat terhimpun gelap yang semakin mencekam..
Menutupi panurama panurama mata yang tak biasanya tertutup..

Kau.....
Mengawali kisah kisah di bawah birunya langit yang indah
Lalu kau taburi bening bening hujan hingga tanah yang kering berbasah
Lalu menumbuhi bunga bunga cinta yang memerah
Hingga cemara cemara kesetiaan meninggi tak mengenal lelah
Sepertinya kesetiaanmu mengikat jiwaku yang luruh
Namun setelah semuanya terhibbah oleh kesetiaanku
Kau patahkan dengan beliung angin sejakmu hingg roboh..

Pada waktu ku bertanya...
Kenapa kau hadir dengan bunga cinta yang indah
Kenapa kau datang dengan ribuan kesetiaan yang lapang
Jika semua kau usaikan dengan sebait senyum yang menipis
Lalu pergi meninggalkan kisah kisah sedih dalam jiwaku.....