Rabu, 08 Juni 2016

Aku Dan Sunyi

Di setiap sunyi yang begitu malang di persimpangan gelap
Anak anak rindu selalu merintih rintih dengan keluhan yang pedih
Tentang cinta dan kasih sayang yang terbuang
Tentang cinta dan kasih sayang yang terpendam
Hingga menjadikan kegelapan menjadi limpahan air mata pedih
Yang teramuk oleh kenangan kenangan yang menyala..

Pada Bunda Sunyi yang senantiasa memeluk dingin dengan eratnya kubertanya
Beginikah kesetiaan yang meluruh dalam kenyataan hidup
Yang senantiasa mentakdirkan diri pada jiwa jiwa keluh hingga menjerit
Atau memang kesakralan hidup dalam setiap perjalan harus kuterkatung
Ooooh betapa pedih dan hampa semua kenyataan ini
Kenyataan yang harus aku jalani dan kenyataan yang harus aku jejaki

juga pada Gerimis Pagi aku slalu berkata  tentang air
Yang senantiasa menetes dari kedua mataku yang kosong..
Dan Kapankan air ini berhenti menintakan kisah pedih yang slalu mengukir
Serta kapankan akan berhenti mensyiratkan kisah kisah pedih
Laku Menggantikan kisah kisah indah yang ingin kuraih...
Sementara semua bagai bayang bayang senja sejenak
Lalu hilang di telan gumpalnya asap hingga pekat dan malam tanpa cahaya....

Cerita Pagiku

Dengarlah cerita pagi yang tergores saat ini
Alam yang sangat pekat bahkan mendung semakin menggumpal
Sepertinya muara langit akan menetekas hujan yang lebat
Pada bumi yang malam pada bumi yang gelap pada bumi yang hampa

Sama halnya dengan diri ini yang hanya mampu menadahkan kedua tangan
Tuk di aminkan oleh seseorang sebagai pengabdi dalam kenyataan
Namun semuanya sia sia bagaikan air yang jatuh pada daun talas
Tergelincir dan lepas musnah di telan oleh kenyataan yg malang

Gelap semakin membuta,sunyi semakin tertawa
Sepertinya keduanya sangat senang dengan kenyataan walau begitu pahit
Tak seperti diri ini yang sudah tak mampu lagi dengan kehampaan
Air mata semakin meraja.bagaikan hujan yang menderas pekat.
desah semakin mematah,menyimpulkan hati yang menjerit jerit luka.

Dalam Sepiku

Ku biarkan mendung di mataku menjadi gumpalan hitam yang pekat
Dan meneteskan bening bening hujan pagi yang bergerimis
Sebagai tinta tinta bening yang mensyiratkan kata pada bumi
Tentang hati dan kasetiaan yang masih mengepal di jiwaku

Dan ku biarkan angin berbisik bisik pada dedaunan tentang diriku
Tentang kesunyianku dan tentang kesepianku
Yang sudah lama menyatu menjadi kelambu kelambu hidupku
Sebagai garis takdir yang harus aku jalani ganpa siapapun di sisi

Dan biarlah seruni malam menjadi teman dalam sendiriku
Yang slalu menghibur dalam sepi sunyiku dengan nyanyian nyanyian luruh di kalbu
Tuk melupakan semua kenangan kenangan silam yang senantiasa menyayat hatiku...