Kamis, 11 Agustus 2016

Ingin kukupakan

pada angin........
aku pasrahkan semua kenangan yang berlalu pada pucuk warna
yang terselip di selembar pasrah di atas pohon kegalawan
berharap akan gugurnya kenangan hingga mengering
halnya daun yang jatuh pada bumi yang gersang

pada embun....
aku katakan dengan bahasa seketsa yang lapangkan gugur
untuk tak memberi harapan pagi yang sejuk dengan kenangan
supaya lepas kegigihan hati yang menampakkan masa lalu
karena kelelahan terus menampar dalam kesunyian diriku
dengan bayang masa itu,bayangan yang telah berlalu

pada daun .....
aku titipkan selarik kata yang berkasta cinta penuh rasa
dalam fikir dengan gugurnya rasa itu hilang terbawa jua
lalu jatuh dan mengering terhempas hingga kulupa
tapi kenapa,semakin gugur daun daun di atas ranting itu
semakin bermekaran jua rasa rasa yang tak pernah ada
bahkan di kening mataku takmampu menutupi hingga berair

inikah cinta,inikah rasa,atau kerinduan saja yang memetik hatiku
hingga tiada lepas di sangkar kepalaku yang batu........

Ingin kulupan

waktu terus berlalu dengan hari harinya yang menua
wajah bumi semakin keriput termakan usia tahunnya
tapi jiwaku semakin terlena dengan genggaman kayal abadi
sepertinya tak mau beranjak pergi menggigih akan cinta haqiqi

pada kerudung malam aku tiupakan angin dedoa yang terarah
melawan sepi yang memanah jiwa dengan busur busur panahnya
untuk segenggam harapan yang terpatah patah di kenang masa
namun sampai kini masih berbalut resah di kuntum malam
seakan akan menenggelamkan harapan harapan yang abadi

pada batu kucoba mengukir indah bahasa senja yang bermalam
lalu aku tutup dengan tinta tinta bening yang memetuh dari mata
namun masih saja semuanya sama dengan jejak yang menjelma
mengingatkan dalam khayal,menabur bahsa,memberi cinta
padahal seusianya yang terlah berlalu jauh memayahkan segalaku

oooh malam.......
kenapa ujian waktuku terus kau utik utik kembali
tak adakah bahasa baru yang harus ku baca dengan hati
atau memang demikianlah aku yang terlahir disini sebagai pilu
hingga aku tenggelam dengan kenyataan pahit yang membisu