Selasa, 24 September 2013

Ku Dekap Rasa Ini


Biarlah kudekap rasa jiwamu
yang kini tak memaknai kata hatiku
dan biarlah dengan desah panjangku
untuk mengukir sebuah kenangan manis
 yang pernah engkau ulurkan di hari hariku


Kau seperti laut berombak yang surut
menyisakan batu tajam di pingkir pantai
dan meninggalkan ukiran berlubang di cadas
hingga langkahku terbesit dan berdarah

Engkau laut,kadang berombak
kenapa kau bertemu angin pasang
hingga menjadikan pusar tak terlihat
yang senantiasa menenggelamkan fikiran
lalu kau tinggalkan begitu saja

Mimpi Tak Termakna


Kau sibak langit yang biru
dengan hempasan awan kelabu
yang membungkus lekat menutup mata
hingga ku terjungkal di antara batu batu tajam

di bawah rindangnya pohon cinta

di hati
hingga desir angin memasung diri dedaunan
 untuk mengepakan dingin penuh bahagia cinta

Namun semua mimpi siang
yang tak teramal oleh kudeta cinta
hingga anginmu angan yang tak nyata
dalam satu dekap hati dan jiwa yang kurasa



Bahasaku


Setangkai bunga mawar
yang merah kini jatuh berguguran
 di atas tanah yang kering tak tersiram

oleh tetesan bening embun pagi yang putih

 Sedangkan daun daunnya yang biru
mulai menguning tersegat terik matahari
yang semakin memanas dan gersang
hingga terhempas oleh kepakan angin
lalu jatuh terinjak dengan sia sia

Batangnyapun yang tegar seakan mati
tak berambay seperti hari hari berlalu
sehingga kini semuanya kan membisu
dengan kata kata hati yang tak menentu

Jangan Kau Rayu Hatiku

Berupaya menjadi bidadari

yang indah di mata
 mungkin saja aku hanya melirik
dengan bibir tersenyum

berupaya mau menjadi
mutiara yang bening di laut
mungkin saja kau hanya
kujadikan hiasan hidup

Mungkin saja orang berbicara
bunga bunga yang indah padamu
dan mewarnakan merah senyum melati

 tapi hatiku berkata kau tercipta untuk di bina
karna kesetiaan dan cinta serta kerinduanku
 hanya untuk yang menghidupiku