Minggu, 28 Juli 2013

Impian Dan rindu


Ketika urayan kata katamu mengiang lembut
 pada dua telinga kecil di kepalaku
 betapa hatiku luluh dan melayang terbang diatas awan

 Ketika senyum mekar dan merona di bibirmu
yang kau sautkan pada mata hati dan jiwaku
 betapa aku sangat mencintai dan merinduimu

Namun penantian sangat kejam dan mematahkan
bagai perahu di tengah lautan terhantam ombak
 lalu tenggelam hingga kedasar perutnya

Sungguh aku tak mampu dengan semuanya
biarlah impian itu akan berjalan dengan waktu
dan mengukir indah bersama kisah rindu

Aku Yang Rapuh


Sebatang pohon yang mati dan tumbang
mana mungkin hidup penuh daun dan berbunga
sedangkan titik titik embun tak lagi meresap
 dan airpun tak sanggup untuk menyusup

Biarlah kayu ini mengering lalu menjadi serpihan serfihan
 yang akan menyatu pada kamfas kamfas kehidupan
 lalu menjadi sebutir abu kecil yang akan hinggap
 di setiap orang yang memandang

 Biarlah air laut menendang batu karang yang tajam
lalu jadikan kerikil kerikil kecil yang terhempas
pada pesisir pesisir pantai dan menjadi pasir

 Akan aku eja bagai anak kecil yang belajar pada seorang guru
 walau dengan susah payang dan tangisan yang terisak isak
 mungkin semua ini sudah sapaan hidup yang harus aku lalui

Takdir

Ketika senja mulai berubun di ufuk barat
mata ini lelah kurasa memandangnya
 kepekatan luka dan kasih setia yang terlempar
bagai bonika kecil terayun ayun di laut
 masih menghias gelora jiwa yang lara

Biarpun angin melambai lambai sehelai daun
untuk mengajak bercinta pada sebatang pohon
yang kini kering dan rapuh,serasa tak ada gunanya

 Biarpun ukiran senja terus mengukir di langit
akan aku pejamkan mata ini tuk takmelihat
biar lelah kerinduan dulu tidur dengan pulas
dan siapa tahu nanti akan menemukan setitik harap
pada bulan atau tahun yang akan mewarnainya


Rapuh


Malam mulai merayap dengan sepi yang berarti
halimun petang tertimpa kabut pekat mengepal
hingga tiada cakrawala yang membinar di langit

Dari hembusan angin yang menantang kepiluan
bergemuruh penuh suara yang tak diharapkan
 hingga datangkan deras bening air mata yang rap




Ratapanku


Mungkin semua hanya tinggal kenangan yang tersisa
 diantara sudut sudut malam yang gelap gulita

 selintas bayang bayang menggoda menari nari bagai bunga
di setiap kerangka kerangka malam yang sunyi
 lalu jatuhkan daun oleh dinginnya malam yang sepi

 Ribuan kata kata bersyair cinta yang mengayun indah di langit
 kini berhamburan oleh riyuh gelombang sang angin
 dan terhempas bagai awan tipis lalu jetuh terkulai

Oooooh sungguh malam ini gelap tatapanku
 tiada rembulan yang bersinar walau sebatas cahaya




Lelahku Dengan Rindu

Untuk apa kulihat bunga menghiasi kelopak matamu
kalau bunga itu takkan kujamah dan takkan kumiliki
untuk apa senyum manismu yang selalu membekas diantara malamku
 kalau itu akan berlalu

Lelah mata kupandang riyuh gelombang pekat
yang berhamburan di kelopak mataku yang hitam

sekeping hati hangus terbakar menapaki kerinduan
 pada sekuntum bunga yang mengambang di lautan


Awan menatap lelah pada kesunyian yang gelap
 tiada rembulan membinar yang sangat terang
pada keroncong keroncong malam yang sengit

hanya desah panjang dikeheningan berhambur seru
nyanyikan kisah rindu yang teratap oleh waktu

Gemuruh gelombang laut pasang cintaku
terhempas oleh kesunyian yang menekam
pada batu batu kasih yang tertancap tajam
di setiap dinding dinding rinduku yg lelap

INIKAH UNTUKKU YG TERSIRAT OLH WAKTU
Yang kau catat dalam jemari rasa hatiku
Ungkapan serpihan kata menyatu bagai syair
teralun sebagai nyanyian senja yang bisu
Hingga degup jantung yang bergejolak riuh
bagai gunung longsur yang berapi dan
mematikan semua ungkapan ungkapan
yang terhantar uleh urayan waktu sepi


PUISI SORE


Metahari berlahan bersimpuh di ufuk senja
 kuning keemasan dengan indahnya merona
 pada kelopak kelopak mata yang memandang jauh

Ombak dengan asiknya bergelombang riya
 mengayun lembut pada pasir pasir putih di pantai
 menjadikan indah dalam sapa cinta
mengukir sebuah harapan yang tak di duga

burung walet dengan riyang melambai lambai
kepakkan sayapnya yang menerjang
pada hari yang hampir berlabuh  di ufuk senja

Dustamu


Aku terlelap oleh ucapan kata katamu yang manis
 tentang tulisan cinta yang mewarnai jiwa
hingga kujadikan mimpi mimpi indah yang suci

 Aku terpesona tutur kata katamu yang teriring senyum

seakan melepaskan aroma kasih putih yang suci
hingga dalam detik waktu kau selalu berada,
 mewarnai hari hari serta mewarnai hati jiwaku

Ketika semua ku genggam dalam kepalan jiwa
 kau lari terlunta lunta tinggalkan jejak jejak kasih yang setia
 sehingga aku terkapar dalam jala luka yang sungguh
menganga

Sekeping hati merona di pelataran sumpah cinta
yang terangkat manis menepuk golora jiwa
lalu menjadi serpihan serpihan kata yg membeku
mengenang di pucuk pucuk daun talas yg biru

Hati merintih menahan rasa yang terkenang
oleh hempasan hempasan waktu yang terlunta
hingga menjadikan kata kata cadas yang memar
lalu menipis dan hanyut oleh deburan ombak

Sore berlahan lahan memecahkan kehangatan
yang berkecambuk riyuh dalam sebuah terpaan
hingga awan hitam datang bersama deru angin
lalu gelapkan hati yang merintih terlantar

Sepiku Bersama Rindu

Dalam larutnya malam yang membungkam sepi
angin terus menyapa membawa kedinginanan
yang sangat menyentuh pada hati dan jiwaku
lalu hadirkan rasa Kasih dan sayang yang terbuang

 Pekatnya malam semakin melelet lalu membungkus gelap
 janjikan mata untuk tak melihat tentang seberkas sinar yang sejuk
  hingga desah kasih meninggalkan seribu kerinduan

Sekuat tali kasih masih mengikat gelembung hati
yang menyuwarakan kasih cinta dan sayang
pada keroncong keroncong jiwa yang telah tiada
 hingga teteskan bening bening mutiara kasih air mata

Terpaan angin mlm terus melambai dan mengusik
pada keheningan yang memekat dalam jiwa
 hingga ku tersangkut dalam dekap rindu yang biru


Selembar jiwa


Selembar kasih penuh kerinduan masih tertulis
 diantara kertas kertas hatiku yang semakin membiru
 mewarnai kisah cinta saat malam mulai tiba

 Ukiran ukiran cinta masih mengukir indah
diantara tepian telaga jiwa yang menentang
pada pupusan pupusan malam yang semakin melarut
dan menyelimuti gegersangan hati yang pedih

Tinta merah masih mewarnai tulisan tulisan kata
yang terbuat dari syair sayir rindu dalam jiwa
 lalu mengekang warna penuh darah yang memekat
pada sehelai kasih putih yang terhampar di hati

Malamku sepi


Malam yang sepi sesepi hati yang terbungkam
hanya sepoyan angin lusuh menerpa dedaunan
hingga melambai lambaikan ranting yang patah
 lalu menjatuhkan pucuk pucuk kembang yang merah

 Malam semakin hning sehening kerinduan memekat

pada sehelai cinta yang tertuang diantara sungai sungai
 hingga menyangkut pada tali kasih yang menghalang
 lalu terhimpit diantara batu batu yang tajam

Malam semakin larut selarut cinta yg terpendam
pada jurang jurang kasih yang mendalam
hingga tertutup oleh kerinduan yang mengekang
di dalam kamar hati dan jiwaku yang menjurang