Rabu, 13 Februari 2013

Sepiku


Saat kehingan yang dalam
dan suara lembut memanggil
Itulah suara cinta dari jiwaku
Ini akan membawamu kembali
Melalui semua pintu-pintu
Memaafkanmu dan membuatmu utuh

Ini suara batin suara cinta
Karunia terbesar dari semua
Biarkan yang lain tidak mengepung itu,
Dipenjarakan dibalik dinding



Penebar Pesonan


Metahari tak berbijak kembali pada hari ini
ceceran air mata langitpun mulai membasahi
bumipun turut bersedih meratapi dinding
tanyakan harap pada laut yang berombak

Rongsokan manosia menari nari satukan niat
bersama syetan yang bergoyang tanpa suara



Ratapan Kosong


Mlm ini malam yang sangat pekat
Datangnya kerinduan bersama dengan
Derayan angin malam yang membisingkan
Pada rongga hati yang mengemis bak teteskan air mata


Malam sangat sunyi sesunyinya hati meratap
Dinding dinding kosong gelap tak berwarna
Aaaah rembulan mana sinarmu yang indah
Aku disini menanti menadahkan tangan
Memohon indah sinarmu

Penantian Baruku


di setiap detak jantungku selalu ada kamu
di dera nafasku kau yang selalu ku sebut
di setiap langkahku kaupun selalu ku bawa
lewat sehelai sutra putih yang melilit di kepalaku
di bali bajupun kutulis namamu
yang tak pernah hilang walau hanya sesaat
kaulah yang selalu ku rindu
sampai di pertemuan
cinta baru

Di Balik Cadar


wahai wanita yang berlindung di balik patung
aku jelas melihatmu menembus dinding2hatimu
kau yg bisu aku tahu hatimu berkata...........
matamu melihat di balik patung menawarkan rasa
pada hati yang tersisa
aku disini aku di sini aku disini

Memandangmu jua

Mendekap Kesunyian


malam kini sudah mendekap kesunyian
paruh wajah rembulan mulai tersenyum
menatap bintang yang bergantungan
menyisikan malam mewarnai biru langit

di bawah telapak kaki bumi
seruni malam melantung mewarnai kesunyian
menyanyi menebarkar rasa pada pucuk pucuk gelap


mengenangkan hati pada rungga dulu
seakan menyatakan ingatkan kisah lalu
pada hamparan kain hitam yang tergeletak
di jalan setapak lalu terbuang di bawak sampah kehidupan

wajahmu Hilang



wajahmu malam gelap tak pernah lagi kulihat
senandung pesona kau tebari pada kuncup kuncup bunga merah
menebarkan madu manis sangat terasa
lalu kusiram dengan setes embun yang halus
sehingga kau nampak indah
lalu kau harumi taman taman itu penuh dengan wangi
namun begitu cepat berlalu

kau hilang bagai hamparan awan tersapu bersih
terbawa badai taofan arus kesenangan
dengan harta dan benda mubil mewah kursi roda
Ah biarlah semua kan bertahta di dalam saku yang selalu ada
pada gambar merah uang yang kau suka



biarlah aku berdoa memuhon pada yang kuasa
menitip cinta yang tak pernah sirna
lalu tersimpan disana kan terbuka di nervana
menemui kita kan bercerita tentang pahitnya dunia

Sejada Cinta


di mana harus ku letakkan sejadah cintaku yang putih
sedangkan tempatput terasa kotor
haruskah ku pang pang pada paku besi yang menimpel di dinding
sedangkan pakupun mudah sekali karat
yang nantinya hanya menebarkan titanes mematikan.

Cadar Kesunyisn


cadar kehidupan sudah tergeletak di cadas malam
hidup yang senantiasa tersinar oleh mentari pagi dan siang serta sore
kini tenggelam de lelapnya gelap

Oh gelap
sungguh gelapa telapak mata yang senantiasa mendaki di bukit wajahmu kini tak lagi ada
kini hanya desah dan resah menyumbongkan diri pada pupusa pupusan malam yang melantang di pohon hatiku

Perjalanan Duka


separuh perjalanan malam
hati ini berteduh pada kesunyian
menimang waktu membuju rindu
pada tali kasih yang lugu
harapan dan hamparan tak pernah berubah
melayang layang membujuk jiwa yang luka

serentak rumput hijau mengering di tanah yang subur
tersiram panah desah kehampaan
hanya satu tujuan menanar dalam jiwa membuju asa
pada hati yang senantiasa membawa luka


aku disini kau disana aku disini terluka
kau di sana kulihat tertawa
hampa hampa harapan dan tujuan
tetesan air matalah yg kan menjawap
bersama waktu yang tersisa

Ratapan Luka



kuratap langit yang tak lagi berwarna biru
gugusan gemintang tak ku jumpa
seraut wajah rembulan yang selalu tersenyum tak lagi ada
hanya gerimis kecil menawarkan dinginnya
menyentuh kulit kulit rapuh pada pohon tumbang

serta desiran angin mengayun anyun dedaunan
yang sudah mengering


malam semakit sengit dengan hawa yang sangat dingin
lelapkan rasa pada hati yang terluka pada bibir yang tak lagi tertawa
malam tak lagi bersenandung dengan iramanya
yang menyatakan cinta
hanya desah hampara harap yang tersisa luka


Bintang Kesepian


malam kulihat gantungan gemintang yang bersinar
menanti rembulan dengan sabar,tabah serta kesetiaan
dengan mata pencarian yang bersinar gemerlab
terus menyelusurinya di antara dinding ke dimding langit
waktu tak ada lagi
sementara sang surya hampir memupus di ufuk timur
mengganti malam dengan pagi
namun rembulan tak menepati
pada janji janji setia yang memapar kata cinta

gemintang membisu berjalan penuh tatih
membawa selendang duka yang sangat hampa
semakin lama jalanya semakin mengecil
pada akhirnya hilang dan tenggelam di langit vana



Malam Yang Sepi



malam semakin gelap pupusanya semakin tak terlihat
rembulan tak nampak dengan sinarnya yg anggun
hingga lelapkan kasih di langit jingga


malam semakin larut gemuruhnya semakin patang
hanya sapaan angin yang mewadah pada daun kering
yang tak lagi tersiram air cinta,
angin menyapanya dengan setia gantikan air yang tak lagi ada

namun semua tak nyata hingga tinggalkan kisah
pada ranting kering yang rapuh akhirnya terjungkal jua

kini tinggalah kisah setia
diantara hamparan malam yang sangat buta
yang tak lagi memupus rasa cinta dan setia