Minggu, 17 November 2019

Senandung bahasa

Jika hidup ini kita anggap kejam,Ya,memang hidup ini kejam
Jika hidup ini kita anggap pedih,Ya memang hidup ini pedih
Jika hidup ini kita anggap ujian,Ya.,memang hidup ini ujian... 

Dunia bukanlah tempat kota bersenang senang
Karena di dunia ini bukanlah untuk kesenangan
Dunia ini penuh rayuan dan tarian tarian irama. 
Kadang tanpa milodi, tanpa gendang dan suling
Kadang pulang di lengkapi oleh semuanya.. 

Tetapi semua hanyalah pengetahuan dan penyadaran
Supaya kita bersandar pada hati tempat kita bersyukur.. 
Dan melantunkan nyanyian nyanyian alam yang di tiupkan angin sejak langit.. 

Cobaklah tutup mata dasar yang senantiasa nyasar pada segompal angan
Dan bukanlah hati kita tempat cahaya yang membias
Pasti kita akan memaknai hidup kita hanyalah semata dan sementara.

hidup

Jika hidup ini kita anggap kejam,Ya,memang hidup ini kejam
Jika hidup ini kita anggap pedih,Ya memang hidup ini pedih
Jika hidup ini kita anggap ujian,Ya.,memang hidup ini ujian... 

Dunia bukanlah tempat kota bersenang senang
Karena di dunia ini bukanlah untuk kesenangan
Dunia ini penuh rayuan dan tarian tarian irama. 
Kadang tanpa milodi, tanpa gendang dan suling
Kadang pulang di lengkapi oleh semuanya.. 

Tetapi semua hanyalah pengetahuan dan penyadaran
Supaya kita bersandar pada hati tempat kita bersyukur.. 
Dan melantunkan nyanyian nyanyian alam yang di tiupkan angin sejak langit.. 

Cobaklah tutup mata dasar yang senantiasa nyasar pada segompal angan
Dan bukanlah hati kita tempat cahaya yang membias
Pasti kita akan memaknai hidup kita hanyalah semata dan sementara.

Kata kata

Kenapa manusia sering membahas takdir
Sedangkan takdir sendiri sudah lebih awal membahas kita
Dan sudah tau kemana arahnya berkehendak
Dan pula takdir lebih jujur dari pada kita yang mencari takdir.. 

Awal dari kehidupan kita adalah sajak tangis.. 
Seperti ada sebuah kehilangan... 
Namun pada hakikatnya tangis itu adalah tangis suci yang berpadu dengan pentaubatan. 
Takut,sedih,akan tertulisnya warna hitam di atas kain suci yang putih... 

Akankah kita tetap pada rayuan mata dan telingan,serta tangan dan kaki yang melangkah
Bukankah kita punya hati dan paru otak sebagai pengukur untuk kita ukir setelah bumi

Langit tidak slalu malam,dan juang tidak slalu siang.. 
Karena Yang kaya tidak akan selamanya
Yang miskinpun jua tak selamanya
Demikianlah bahasa hidup yang membumi.. 

Sesungguhnya kita adalah anak anak tua yang berjalan di lorong sepi atau di gurun gersang
Untuk menuju keperaduan atau rumah rumah kita
Yang sudah di persiapkan sang maha..

janji kita

Aku mausih alim dengan bahasa bahasa sendumu
Aku masih hafal dengan setiap senyummu
Dan desah mengukir ulu hatiku

Kepergiamu bukanlah sesuatu yang hilang dalam wujut hatiku,melainkan pena kehidupan yang senantiasa menjadi buku harianku... 

Engkau yang menjadi kita... 
Batu batu karang telah kita jejaki
Duri duri waktu telah kita jalani.. 
Namun kita terus ikrar menuju peraduan ilahi

Bahasa kita adalah sumpah langit dan bumi,yang menumbuhkan bunga bunga kasih meski jarak memisahkan.. 
Dengan hujannya ketika musim
Dengan embun ketika pagi.. 

Sungguh bahasa kita,adalah bahasa latin yang senantiasa kita lantunkan hingga akhir sebuah jiwa.. 
Kau,aku,dan kita... 
Yang berusaha sabar menumbuhkan bunga bunga,meski ribuan tangan berusaha mencabutnya.. 

Kau dan aku.. 
Adalah kita bersama bunga bunga yg tidak bisa di pisahkan selamanya..