Selasa, 20 Agustus 2013

Hati Dan Jiwa

Sesaat hati berkata pada jiwaku


Kerinduanmu pagi tak berkabut atau embun tanpa bunga
karna kerinduanmu adalah nafas yang tak terlihat oleh mata
biarpun sekalian bohon itu mengelupas dengan tuanya
atau rapuh dengan keringnya,semua tak kan mengerti
bahwa kerinduanmu adalah ikatan janji hidup dan mati

yg sebentar lagi akan datang terik mentari panas
semuanya tidak akan tahu dan takkan tahu
bahwa rindu dan cintamu adalah langit yang biru

Biarlah semua itu pasrahkanlah pada yang tahu
bahwa kerinduanmu yang biru adalah rantai
atau ikatan tali besih yang tak mudah putus
oleh teriknya sang mentari dan api yang memanas

Penantian Yang terhempas


Dalam sebuah penantian aku minum seteguk anggur
dan kusedot sebatang rokok yang sudah tersumut
oleh bara korek api yang memanas lalu asapnya
 terbang ke dinding dinding langit tuk jadi satu

pada awan putih serta melekat di langit biru

Tapi sayang,angin dengan kencangnya menghembus
sehingga sugumpal asap itu berhamburan di jalan
lalu terhempas di tengah langit hingga tak teruray
lalu jatuh di antara daun daun yang kering

Kenapa torehan kisah yang kau terbangkan
bersama desirnya angin yang memanja
di kedua kelopak bibirmu yang memirah
kau buang dan kau tuangkan bigitu saja

Hatiku Manangis


Sapa angin tak lagi merayu di heningan malam
yang senantiasa bisikkan sebuah rindu yang biru
awan pekat terus menguap dengan hitamnya
 hingg langitpun tak lagi jadi hiasan yang indah


titik hujan barlahan membasahi bumi yang gersang
hingga dengan lebatnya sampai mematahkan pohon
 bersama deru angin malam serta halimun yg menepal
lalu jadikan lebat dan mengguyur seluruh alam jiwaku

Dari kamar hatiku yang kecil tetes air mata mengalir
membasahi tulang tulang dengan air mata memirah
hingga mengaliri setiap sudut sudut dinding hati
lalu menutup semua jalan yg senantiasa di hinggapi