Minggu, 22 Mei 2016

Pedih

Mungkin memang aku tercipta sebagai bahasa luka
Yang tak henti hentinya sebagai penglihatan Dan pelajaran hidup tentang Cinta.
Atau memang aku adalah memang aku tercipta sebagai sampul sampul sobek dalam buku rindu
Yang hanya menyisakan kerapuhan kerapuhan
Lalu punah di telan matahari yang membakar.

Kini semuanya hancur......
Hanya kenanganlah yang dapat aku rasakan dalam pedihnya waktu yang terus menusuk nusuk jiwaku.
Bersama desah pengabdian yang pedih membawa sehelai harapan yang patah di setiap jejak jejak langkah.

Betapa berat kenyataan yang harus kulalui
Dan betapa hebat rasa yang menggerutui jiwaku.
Rindu sebatas angin yang tak kan lagi tersampaikan
Kasih takkan lagi sampai pada ikrarnya
Cinta bertaubatkan luka yang tak pernah akhir sampai masa

Harapanku yg patah

Engkau adalah setangkai bunga harapan dalam mataku
Yang Ingin semai dalam hati Dan cintaku
Tuk jadikan taman taman indah dalam hari hariku
Kini tak mungkin lagi bisa ku raih dalam nyataku...

Kau mawar yang senantiasa menghiasi Dulu dalam sendiriku
Hingga sejuk membawa aroma kebahagiaanku
Kini musnah sudah terhempas riuh angin yang bersejak
Hingga mematahkan ranting rantingnya biru..

Kini....
Tinggalah aku dalam hamparan hampa kesendirian
Bagai perahu di tengah lautan,terombang ambing tanpa tujuan..
Dan mungkin..akan tenggelam Dan meninggalkan semua dalam kenangan..

Kini....
Hanya deru isak yang dapat aku isaratkan pada sang angin..
Beserta debur ombak yang mengacuh keadaan.
Tentang aku,tentang kamu,tentang kita.
Yang sudah mengikrarkan Cinta dalam dada...