Selasa, 31 Mei 2016

Tak mampu ku berkata

Entahlah....
Sampai kapan rasa ini aku pendam dalam salam
Sedangkan hati terus meronta ronta dengan kuatnya
Seperti halilintar yang merobek robek kesunyian

Entahlah....
Haruskan aku utarakan lewat senandung syair yang bijak penuh cinta
Atau harus aku titipkan pada sehelai daun yang hijau
Untuk menyatakan rasa cinta yang kini mulai meronta

Entahlah....
Terkadang hati tak mampu untuk menyatakan dari bibir bibir luka
Yang tak pernah memanis selain hanya lewat dari senandung bahasa
Yaaah...
Bahasa cinya yang bergaun sastra dan bahasa rindu yang berwana biru...

Jujur

Jujur aku mencintainya dengan segenap rasa yang ada
Seprtinya dengannya segala hal akan berubah sempurna
Sakit yang kurasakan mungkin sirna seketika

Jujur aku merinduinya bagaikan langit dan buminya
Dengan rintikannya meneteskan rintik rintik hujan sebagai kasih dan sayangnya
Lalu menumbuhkan bunga bunga cinta yang yang harum tiada waktunya

Jujur aku berharap dengan sapa dan senyumnya
Yang tak pernah berhenti menyiksa hati dalam sendirinya
Namun apakah dia tau bahwa aku menvintainya.....
Entahlah yang aku tau
Hanyalah aku berharap belas kasih dan cintanya....

Rabu, 25 Mei 2016

Kepahitanku

Bahasa salju menerangkan dingin yang mencubit sepi..
Sementara angin meriuh tak pernah berhenti mematahkan ranting
Menjadikan gugurnya daun di atas tanah yang kering..

Sementara Bahasa alam tak henti hentinya memanggil pekat
Seakan akan menjanjikan gelap yang menimpa kepahitan
Pada durjananya terkasih yang hilang...

Air tak lagi meriak,dengan angkuhnya menggulung dari tengah lautan menghantam karang yang sudah rapuh dengan usianya...

Demikianlah Cerita cintaku yang terpeluk gugur di medan perang

Minggu, 22 Mei 2016

Pedih

Mungkin memang aku tercipta sebagai bahasa luka
Yang tak henti hentinya sebagai penglihatan Dan pelajaran hidup tentang Cinta.
Atau memang aku adalah memang aku tercipta sebagai sampul sampul sobek dalam buku rindu
Yang hanya menyisakan kerapuhan kerapuhan
Lalu punah di telan matahari yang membakar.

Kini semuanya hancur......
Hanya kenanganlah yang dapat aku rasakan dalam pedihnya waktu yang terus menusuk nusuk jiwaku.
Bersama desah pengabdian yang pedih membawa sehelai harapan yang patah di setiap jejak jejak langkah.

Betapa berat kenyataan yang harus kulalui
Dan betapa hebat rasa yang menggerutui jiwaku.
Rindu sebatas angin yang tak kan lagi tersampaikan
Kasih takkan lagi sampai pada ikrarnya
Cinta bertaubatkan luka yang tak pernah akhir sampai masa

Harapanku yg patah

Engkau adalah setangkai bunga harapan dalam mataku
Yang Ingin semai dalam hati Dan cintaku
Tuk jadikan taman taman indah dalam hari hariku
Kini tak mungkin lagi bisa ku raih dalam nyataku...

Kau mawar yang senantiasa menghiasi Dulu dalam sendiriku
Hingga sejuk membawa aroma kebahagiaanku
Kini musnah sudah terhempas riuh angin yang bersejak
Hingga mematahkan ranting rantingnya biru..

Kini....
Tinggalah aku dalam hamparan hampa kesendirian
Bagai perahu di tengah lautan,terombang ambing tanpa tujuan..
Dan mungkin..akan tenggelam Dan meninggalkan semua dalam kenangan..

Kini....
Hanya deru isak yang dapat aku isaratkan pada sang angin..
Beserta debur ombak yang mengacuh keadaan.
Tentang aku,tentang kamu,tentang kita.
Yang sudah mengikrarkan Cinta dalam dada...

Sabtu, 21 Mei 2016

Air mata Pedih

Setetes bening air mata yang jatuh malam ini...
Akan menjadikan tintang bening tentang ketiadaanmu disini
Yang senantiasa aku siratkan akan nama namamu
Yang tak pernah hilang dalam ingatanku

Malam ini.....
derap gelombang yang memanggil manggil namamu
Munkin hanyalah panggilan angin yang mendesah lirih tanpa daun
Hinggap Dan mendesir pada laut tak berpantai..
Yang mengabadikan gelombang gelombang tangis
Tentang sebuah Cinta yang hilang Dan kasih yang tenggelam.

Malam....
Hanya doa kecil yang dapat aku seruhkan pada sang pencipta
Tentang keabadian kasih Dan sayang
Tentang keabdian rindu yang merentang
Yang tak pernah hilang dalam ingatan
Akan dirimu yang mungkin malam ini
Sudah tersenyum indah dalam pelukan

Deritaku

Rindu ini....
Kian memaksa tuk menjejaki malam yang sangat gelap.
Sementara seberkas sinarpun yang senantiasa engkau cahayakan dalam pekat
Kini takkan mungkin lagi becahaya Dan menyinariku seperti Dulu.. 

Malam ini....
Hanya setumpuk harapan yang menderu gebu
Akan selintas bayangan hayal walau hanya sesaat engkau tersenyum
Walau hanya sebatas sapa angin yang menyapu...
Tapi pasrah menautkan kata yang menggemakan rasa
Mana mungkin ,sedangkan aku adalah bumi yang jauh takkan kau pijak.
Melainkan aku adalah bumi yang gersang tanpa air.

Malam ini....
adalah tetesan hujan air mata yang sangat lebat..
Air mata yang jatuh dengan pasrah penuh luka..
Dan air mata yang memaknai sakit Dan derita...

Malam ini...
Sebegitulah jiwaku yang tak mampu menjamahmu
Bahkan memanggilmupun kini bibirku terkatup dengan sebegitu kakunya
Hingga hanya desah panjanglah yang dapat aku uraikan
di antara dua bibirku yang beku.

Jumat, 20 Mei 2016

Percayalah

percayalah...
Aku Ingin sekali menjadi kunang kunang dalam matamu
Ketika engkau dalam kepekatan yang gelap.

Yakinlah....
Di setiap seruhanmu ada rasa yang tak dapat di miliki siapapun dalam hati ini.
Sepertinya ada kepedihan yang mendalam menaut jiwaku.

Lihatlah ...
Di kedalaman mataku yang melaut
Ada mutiara indah yang kusimpan rapi di sana..
Yang tak pernah terjamah oleh bidadari bidadari dunia sebelumnya.

Yakinlah....
Dalam bisu yang tak pernah aku sebut siapa engkau yang bernama.
Percayalah mutiara itu adalah untukmu,untuku engkau miliki bersamaku..

Rabu, 18 Mei 2016

SANG PEMILIK HATI(ISTRIKU)

Wahai sang pemilik hati...
Engkau tak bisa di tukar dengan ribuan bidadari dunia
Yang senantiasa tersenyum menyapaku
Karena engkaulah jalan menuju syurgaku...

Wahai sang pemilik hati....
Lirih mengiris kata katamu menyayat jiwaku
Seketika kau meminta dengan ribuan kata yang sungguh
Untuk Mencari kehaqiqatan sang pencipta..
Sungguh dirimu adalah rmbulanku dikala malam
Dan cahayaku di kala siang,serta jalanku di Saat ku buta...

Wahai sang pemilik hati.....
Bening air matamu mutiara yang menyinari jiwaku
Dan desah sapamu adalah tuntunan doa yang kau simpan dalam hatiku.
Dan setia senyummu adalah langitku yang indah

Wahai sang pemilik hati....
Sungguh tegar Dan ketegasanmu bukan pula pendakwah dunia
Namun tegas Dan sabarmu adalah guru dari segala perjalananku menuju syurga tempat kita kelak menunggu.

Senin, 16 Mei 2016

Aku Yg Berhap

Telah tersuguh ribuan kata dari hatiku bait bait Cinta.
Namun tak satu katapun Cinta itu engkau maknai dengan nyata.

Dan telah aku hantarkan bahasa bahasa rindu yang biru bak langit dengan warnanya kepadamu.
Namun engkau hanya tersenyum bagaikan bunga pemalu
Lalu tidur ketika basahan menggelitik hatimu..

Dari bahasa batu yang kekal Dan hatim.
Aku memang tak pernah menyebut sebuah nama yang indah.
Namun engkau membatu yang tak pernah kecil terkikis waktu di hati...

Rasa cinta

Telah lama aku simpan rasa ini pada seseorang yang sanggup menerima kenyataan hidup tentang kebersamaan Cinta yang indah..
Namun sampai kini masih tak dapat satu sentuhan yang sanggup menerimanya...

Haruskan aku buang pada air yang mengalir pada lautan,biar menjadi santapan santapan ikan yang menjadi hiasan laut menjaga mutiara.
Atau aku bakar saja biar menjadi kosong lalu tertiup angin hingga sampai pada awan.
Sesekali mengepal menjadi rintikan hujan lalu menyirami bumi.

Yaah...sudahlah..
Kalau memang semuanya sudah menjadi harapan hayal bak bunga tidur dalam mimpi.
Biarlah akan aku yakini saja bahwa dalam syurga ada bidadari indah yang Lebih sanggup menerimaku.

Doaku

Ya Allah....
Sesungguhnya sholat Dan rukukku hanya kepadamu ku serahkan..
Berharap akan ridhomu yang mengabulkan
Dari segala doa doa yang aku tadahkan

Dan juga keberadaan yang aku jejaki dalam hidup
beserta setiap desah desah yang aku haturkan dalam hati.
Semua itu ku pasrahkan kepadamu.
Dan kepadamulah aku hanya berserah.

Kehidupanku yang telah engkau sempurnakan dari segala apa yang tidak ada,menjadi nyata.
Maupu dari yang jauh hingga dekat.
Semuanya kepadamu,dan hanyalah engkaulah yang tau...

Mungkin sebentar lagi maut akan menjemputku.
Kenyataan yang akan aku tinggalkan dialam ini.
Semua kupsarahkan kepadamu.
Barokakanlah semua apa yang telah aku lakukan di punggung bumi ini..
Hingga dalam ajalku nanti dapat aku rasakan nikmu yang haqiqi.

Jeritan dan doa

Ya allah .....
Aku hanya berserah kepadamu
Dari segala hal yang ada di bumi ini
Terangkanlah jalanku dalam pekatnya hati
Dan tuntunlah aku dalam menuju ridhomu

Ya allah...
Hambamu yang tak mampu dengan semuanya
Hanya kepadamulah aku berserah diri dalam segalanya
Aku yang do'if,aku yang lelah,aku yang pasrah dan aku yang buta
Hanya engkaulah yang mengetahui dari segalaku.

Ya allah....
Dengan kau yang menjadikan kekekalan malam penuh cahaya
Siramilah aku dengan cahayamu yang indah bak gemintang di angkasa
Yang senantiasa bersinar walau tertutup segumpal awan hitam.

Ya allah ....
Dengan kau ciptakan siang yang bersinar dengan mataharinya
Terangilah mata hatiku yang buta ini untuk slalu ada di ridhomu
Aku menadah kepadamu,aku yang tak mampu,dan aku yang tak mampu
Kuatkanlah aku yang do'if ini dari semua ujianmu.

Minggu, 15 Mei 2016

Hati yang tersiksa

Sungguh sayatan sayatan ini tak pernah berhenti meriris
Ingin aku teriakkan pada malam yang gelap
Tentang pedih yang aku rasakan
Namun suara suaraku kini tak mampu lagi tuk menyaringkan kata
Selain hanya mendesah anging yang hinggap di daun kering tak kesampayan.

Dan kini Tak mampu lagi ku bendung deras air  yang mengalir
Dari celah celah lubang kecil pada sudut mataku
Dan kini malam ini menintakan kata yang samar tentang sakit yang kurasa.

Sungguh kepedihan ini sangat menyiksa sekali
Kerab bayanganmu slalu hadir dengan kepak kepak manja yang hayal.
Seketika aku tersadar engkau hilang meninggalkan Lara...

Oooh malam ....
Tidurkanlah aku dalam gelapmu yang senyam
Biar aku dapat melupakan walau hanya sebatas malam.
Biar derita ini hilang walau sebatas serpihan.

Sungguh malam ini aku sangat merasakan derita Cinta yang begitu riuh
Sepertinya darah darah mengalir bak amukan ombak menampar pantai.
Dan detak detak jantungku seperti amukan batu bara yang membakar jiwa...

Harapan

Pada segumpal angin yang berarak dari balik bukit tak bernama
Aku hanya bisa menadahkan harap dalam sejuk
Walau tak sesejuk harapan Dulu yang telah pergi.

Pada hempasan waktu yang berputar putar di atas bumi yang gersang
Aku hanya bisa berharap akan menggantikan semua kenyataan pahit yang bermusim ini
Menjadikan bahagia Sejati alau tak seindah yang pergi.

Pada laut yang bergelombang.....
Satu bait yang ku harap dalam kenyataan
Ialah birunya Cinta yang pasti penuh ketabahan
Menjadikan aku dalam kenyataan
Ialah keindahan yang tak pernah mupus di tempa kepanasan.

Kejamnya engkau

Kau rampas segalaku ....
Cinta yang begitu utuh dengan rindangnya bak bunga pagi tanpa hayal
kau ambil dengan sombongnya,bagai pusaran air di tengah lautan
Kau tenggelamkan semuanya tanpa sehalai katapun yang tersyirat.
Melainkan Kenangan indah dalam hayal yang menyisakan luka.

Kejamnya engkau....
Bak gelombang sunami tanpa maaf.
Menelanhidup yang kokoh dengan Cinta Dan sayang
Menenggelamkan kasih Dan kesetiaan
Tanpa satu baitpun yang tersisa,bahkan desahmupun bukanlah sejuk angin dengan kesetiaan
Melainkan riuh gelombang menampar gelap dengan angkuhnya.

Tak ku kira.....
Kau nistakan semuanya dengan Cinta.
Kesetiaan yang Dan kasih sayang yang begitu indah..
Kepastian Dan harapan yang begitu ruah.
Kini kau rampas Dan kau bakar dengan bahagianya.
Meninggalkan aku terkulai dalam diri tak baredaya.

Jeritan hati

Terkadang lelah dengan semuanya
Seketika ukiran ukiran rupa yang melekat dalam ingatan
Tak henti hentinya melukai hati dengan senyuman
Wajahnya yang senantiasa berbayang di balik asa rupa dalam mataku
Ingin sekali aku lupakan dalam segalanya.
Namun pada kenyataannya deburkan ombak menghantam karang dalam jiwa.

pasrah yang mengayun lirih di tengah hati yang bergelombang
Yang di sertai angin pasang dari empat penjuruh
Kini semakin menenggelamkan perahu perahu rasa yang pedih
Cinta,kasih Dan kesetiaan yang mengikat pada setiap tonggak tonggak rasa.
Kini semuanya hilang di telan gelombang.

Oooh......
betapa berat kenyataan ini betapa pedih penderitaan ini.
Dan kini aku rasakan bagaikan perahu di tengah samudra tanpa  siapa
Selain hanya harapan suci dari seseorang walau hanya sejari kasih yang Cinta.

Kejam

Kini kuterdiam di antara gelapnya malam yang sunyi
Bersama kenangan kenangan lalu yang tak henti hentinya memeluk jiwaku.

Kini ku tersadar pada diriku...
Cinta yang kau suguhkan Lewat dari kedua bibirmu
yang senantiasa tersenyum manis mewar indah bak bunga pagi
Hanya menyisakan Getar getar rasa yang melukai hati
Dan Kini diriku hanyalah berarak pasrah pada daun daun yang lelap di atas ranting..
Lalu jatuh mengering tertimpa geramnya matahari yang panas..

Tak kusangka...
Engkau aku jadikan tonggak tonggak kehidupan
Seketika kau mampu menjalani semua kebahagiaan
Kau begitu lekasnya memudahkan kata
SElAMAT TINGGAL UNTUKMU

Sabtu, 14 Mei 2016

Mencari Takdir

Kepada takdir sudah aku tanyakan dari sekelompok burung di atas padi yang kuning
Namun kicawan burung hanyalah berkata sepi tak ada nyata tentang belahan jiwa,

Lalu aku hembuskan pada angin di atas daun yang mengepak lirih pada rantingnya
Namun Diapun sayup seakan lelah tak tau menau tentang harapan pasti...
Sesekali bunga bunga hanya tersenyum Sipu ketika ku tanyakan Jua padanya.

Pada nafas nafas yang senantiasa aku hembuskan
Keterpaksaan jiwaku tak pernah lelah menyebut namamu
Kutitipkan diiku yang tak pernah lelah dengan harapanku.

Jumat, 13 Mei 2016

Jeritan di kota bali

Batas luka di tengah kota denpasar kini sangat menguat
Jerat jerat hati mematah matah kesunyian sendiri
Hanyalah hitungan bintang yang tak dapat mengedip menyurutkan cahayanya.

Desah berhambur legam di antara bibir bibir menyuarakan hati yang padih
Tak mengerti arti bagai kapas jatuh di terpa angin tak berarah.

Sungguh tak ada pesona indah dalam jala jala Cinta yang mengatung
selain tetap dengan kesendirian yang tak pernah akhir di pujakku.

Oooh malam yang lelap...
Kau mungkin kini tidur dengan nyenyaknya
Tak mengenal arti sebuah jaritan hati..
Dan mungkin kau besok akan tau di waktumu
Bahwa aku sudah tak ada lagi di bumimu

Jeritan Hati

Tak pernah henti...
Kau menjelmakan deras air mata rindu yang tersungkur di batas batas kesepian
Kau pergi meninggalkan jejak jejak luka yang dalam,sedalam lembah nestapa tak terpijak..

Kini hanyalah desah angin yang riuh di atas awan dengan hujan yang deras menggumpal petang Menimpa mataku.
Dan sapa sapa kesah menggulung pantai di lau hati...

Ooh malam yang petang..
Dengan apa lagi aku harus mengulas ngulas bahasa jiwa
Sedangkan deburan rasa tak pernah menghitung lelah hingga terluka..

Syair Dosa

Cenderung dalam hidup...
Ketika segompal dosa menjadi takaran laut yang menggulung ombak di patai hidup..
Yang tak perna surut dengan kesombongan besarnya yang menghantam..

Air mata yang jatuh bukanlah mata air yang bening dalam pengabdian yang kokoh
Melainkan air mata pasrah dengan kehidupan yang slalu mengintai nyanyian nyanyian syetan di pentas kehidupan.

Oooh tuhan yang maha kuasa...
Aku tertunduk padamu dengan segala perintahmu
Dan aku tertunduk padamu dengan segala dosa dosaku
Izinkanlah aku sekali mengabdikan diri atas firman
Firman yang telah mengajarkan setiap kehidupan
Firman yang mengajarkan segala perbuatan..

Kamis, 12 Mei 2016

Tembok Jarak

dari balik samar yang terhijab oleh dinding jarak.....
Sepertinya ada kelelahan hidup yang tak begitu tenang menyikapi hati...
Pasrah terkadang melambay lambay di tengah lautan kasih yang Cinta..
Menjadikan air mata pasrah menitik di batu hitam.
Menatap sedih,menatap pedih.
Dan terkadang hati mengeluh luluh bak angin menjatuhkan daun....

Sementara sayir Cinta tak pernah berhenti memupuk dada..
Tak Ingin berpisah,tak Ingin berlalu.Dan tak Ingin berlalu...

Tapi bahasa takdir terus bergulir dengan tintanya.
Menyiratkan kisah semestinya
Mencata apa yang harus di jalaninya
Tak mengenel keluh,tak mendengar desah Dan tak tau arah..
Hingga menjadikan bibir bibir nista terluka.

Ratapan Doa

Dan jangan biarkan bening air matamu jatuh di atas bumi yang gersang tanpa bunga.
Dan jangan pula engkau desahkan rasamu pada angin yang tak pernah hinggap di daun daun yang hijau..
Tataplah langit yang luas penuh gemintang mengisikan pekat,walau tanpa sinarnya matahari siang...

Insya Allah semua yg terjadi akan menjadi hikmah yang Baik untuk bekal kita nanti.
Jangan pernah berhenti berharap akan ridhonya Allah dengan sekalimat doa dalam gelap.
Karena dalam kegelapan kita tak ada yang mampu menyinari kecuwali sang pencipta.

Minggu, 08 Mei 2016

Aku yang tersiksa

Membaca dari selapak desah angin malam yang resah di atas daun yang menguning
Di atas ranting yang hampir patah
Tak ada bedanya dengan kepergianya yang menyisakan Luka Mendalam di hati
Cinta dan kasih sayang yang terbina sejak diri dari hati
Kini terhempas awan hitam yang menutupi semua kecerahan hingga menjadi pekat

Dari balik cemara rasa yang tersenyum ramah di setiap bibir bunga yang memirah
Ingin aku meramaikan diri sebagai kumbang kumbang yang sama seperti kumbang yang lain
Namun aku tak bisa......
Dan aku tidak mampu.....
Yang aku mampu hanyalah desah panjang yang menyerupai angin sejak yang mematah

Kutipan Hati

Syukurlah engkau tak mengenaliku lagi seperti dulu
Dan bahagialah engkau dapat melupakan aku dari setiap waktu waktumu
Aku juga bahagia dalam sapa walau hati sangat terluka

Mungkin inilah bagian bagian dari serpihan waktu dan cinta yang tersyirat
Di lembar lembar daun yang hijau di atas ranting
Jatuh berguguran dan berserakan lalu mengering di terpa angin

Yaaaa...
Aku hanya dapat mendoakan dari balik jarak yang sangat jauh
Walau harus memupus diri bagai ranting yang patah
Lalu gersang dan rapuh termakan usia dan waktu

Terimakasih
Semuga usia cintamu yang muda dapat merasakan kebahagian seperti saat saat kita dulu yang tak kulupa
Dan berbahagialah engkau di sana bersama nafas nafas rasa..
Yang tak akan menemukan kelukaan dan kehampaan sepertiku kini yang nyata

Hampa

Ku eja huruf huruf yang tersirat di atas yang Langit Biru
Dan aku satukan setiap akasaranya yang mulai mengepal bak Mawar Hitam berkelambu
Namun masih saja seperti gerharhana yang tak dapat terbaca
Bahkan kini seperti pagi yang senantiasa bergirimis menunggangi hari sampai sore

Di dermaga tak bernama....
Matahari menjelaskan bahasa lelah pada bumi yang lapang
Sepertinya ada kepasrahan yang ditelan sesaat mengingat dirinya yang melambung di atas langit tanpa tali
Dan dengan cahayanya yang tak begitu cerah
Dia berlahan menutup dirinya di balik cadar petangnya

Sama seperti diri ini yang kini hanya mematung dan menatap tanpa sapa
Dan Hanya sedikit desiran angin laut yang menyapa jiwa
Lelah.pasrah.luka.beginilah cerita waktu yang terbawa...

Jejakku

Langkahku tak berarah...
Setapak janji yang kau tapakkan pada jalan setapak kini hilang tertutup tanah
Dan kini hanyalah sisaan sisaan kenangan lalu yang menekan

Waktu....
Kini hanyalah coretan lusuh di atas kertas langit yang mengembun
lalu berhujan dengan derasnya dan membanjiri lorong cinta menjadi jurang

Angin.....
Dialah kini menjadi seruhan seruhan pasti tentang hati yang hampa
Tentang perasaan yang lara  tentang pedih yang terbawa
Dan menjadikan segelincir pasrah pada kenyataan luka yang ada

Sabtu, 07 Mei 2016

Kenangan senja di pantai jerman

Di batas senja...
Batu ini adalah saksi saksi yang akan mengutarakan setiap apa yang ada di hatiku sesaat desah desah ini keluar dari hati

Laut ......
akan menjadi tinta yang menyiratkan semua kenangan kenangan senja ini yang menjadi sebuah goresan goresan rasa di atas kertas yang kosong

Langit.....
Adalah buku di mana semua syair syair ini akan tertulis indah akan sebuah nama yang tidak pernah hilang di telan masa
Hingga akhirpun mengambil semua raga

Jumat, 06 Mei 2016

Aku dan malam

Kesetiaan malam masih sudi menggantikan sesosok jiwa yang hilang
Dengan hembusannya yang sejuk malam slalu berkata tenangkanlah dirimu wahai kawan
Biarlah dia pergi bersama hati dirinya jangan engkau usik
Karena dibalik semua itu dia akan mengerti betapa besarnya cintamu padanya

Sementara di dermaga banyuwangi yang ramai didera pedagang yang memar
Aku bagai bocah kecil yang terkucil dari banyak banyak penyair
Yang memakan usia rendup,tanpa cinta tanpa kasih dan sayang.

Dihelai nafas panjang yang teramuk oleh deburan ombak menghantam karang
Aku biarkan diri ini dengan sepi nan sunyi yang tersuguh oleh malam ..
Berupaya tenang berupa sabar.halnya malam yang mekintang

Kamis, 05 Mei 2016

Sejadah Cinta

Di atas sejadah Cinta yang panjang..
Masih ku biasakan doa doa malam untukmu
Tentang Cinta ,tentang rindu Dan kasih sayang yang utuh.
Yang di saksikan oleh derai air mata pasrah
Yang tak pernah berhenti menitik mata..

Di atas sejadah Cinta yang panjang...
Aku desahkan takdir takdir kita yang jauh
Takdir yang memisahkan kita,takdir yang memahat kita
Hingga jarak tak dapat teraih oleh jiwa...

Di atas sejadah Cinta yang panjang....
Air mata kini  menggantikan pena yang tak pernah henti menyiratkan aksaramu
Dari nama hingga jauh pada rupa rupamu
Yang tak pernah hilang di telan waktu...

di atas sejadah Cinta panjang inilah...
Sejarah kita mengawali hidup yang bermakna
Hingga berlabuh pada lautan asmara yang indah..
Dan juga di atas sejadah inilah takdir yang memisahkan raga kita.

Rabu, 04 Mei 2016

Mencintaimu Dlm Diam

Aku desahkan bahasa tersembunyi buatmu
Bahasa hati yang tak dapat aku ucapkan dari bibirku
Dan kata hati yang tak dapat aku hantarkan pada suara nyaringku..

Dari semilir angin yang merangkai sejuk pada jiwamu
Dari seruan ombak yang mendesir lirih di degup matamu
Aku titipkan Cinta yang kuat dalam hatiku
Namun aku tak mampu untuk menyuarakannya
Selain hanya tersenyum,dan berhagia tanpa nyata..

Di antara desah kaila yang menyamarkan suara
Aku sebut sebut namamu tak berwaktu
Dan aku ukir indah ulas bahasamu menjadi nyata...
Pada hati,pada dinding hati Dan pada setiap kelambu kelambu hati..
Yang kini tak mampu aku ucapkan pada kenyataan hidup yang Sejati...

Mungkin ini memang kelemahanku
Mungkin ini memang ketidak mampuanku
Namun yang ku tahu engkaulah bahasa Cinta yang aku rangkai setiap diksiku...

Pasrah

Di persimpangan jalan yang tak bernama
Aku duduki batu hitam yang lekat dengan warnanya
Melabuhkan lelah pada saatnya yang sejak dulu menguat resah pada jiwa

Dari sudut sepi yang  senyap....
Angin menyuwarakan desahnya pada waktuku yang sendiri
Menyapa hati yang mengeluh pasrah dengan kehampaan
Menyejukkan jiwa dengan ketabahan

Sementara di atas ranting yang hijau...
Bahasa burung terus menukik sejak dengan cintanya
Memanggil manggil dengan suara lembutnya
Seakan akan memamirkan kata kasihnya
pada jiwaku yang kini hampa...

Minggu, 01 Mei 2016

Cukup Sudah Luka Ini

Sudah cukup luka dengan semua yang kau berikan
Jangan kau tampakkan lagi bahasa cintamu yang tak perlu kau katakan
Biarlah aku sendiri menjerit sepi tanpa kau tanya
Pergilah sejauh mungkin tak usah kau menoleh
Aku sudah terbiasa dengan kesendirian yang sunyi.

Sudahlah tak perlu kau tersenyum walau senyummu berpahala ...
Cukup sekian terimakasih atas segala yang kau berikan
Dan akan aku nikmati sebagai tempaan hati
Walau tersiksa sendiri