Rabu, 10 Februari 2016

Kenangan

Sepotonga kisah yang menjadi paku paku alam
Kini senantiasa menusuk
Pada setiap jejak jejak langkahku yang berkiprah.
Di atas bebatuan,lukisan berwarna yang di hapus oleh
hujan kini masih berbentuk rias wajahmu yang indah.
Bahkan ukiran ukiran ini semakin melengkapi dengan senyuman
Yang tak bisa aku lupakan
Di atas dedaunan......
yang pernah menjadi lembar lembara kertas Cinta
Kini semakin membirui jiwa dengan tulisan tulisan
kita Dengan rasa Cinta yang begitu nyata...
Pada angin aku berkata riang
Jatuhkanlah daun daun itu hingga kering pada bumi.
Namun angin berkata dengan hembusan yang begitu
sayup

Biarkanlah daun ini bengkembang dengan mekarnya Dan lalu menumbuhi bunga bunga yang harum
Karena pada waktu Dan sisa sisa hidup yang kau
miliki akan menjadi bermakna
Tentang Cinta tentang kasih
Dan yangmu yang tak pernah hilang untuk
selamanya.

Dalam Sepi

Di sepotong sepi yang terpotong oleh sunyi..
Aku lukiskan kau sebagai wajah wajah malam
Yang tak henti hentinya menemaniku
Raut wajahmu yang senantiasa mengumbar senyum
dengan tawa riang
Aku rias dengan dengan angan angan rindu yang biru. Pada sepi aku bercerita...
Kau adalah bidadari yang tak pernah hilang dalam
malam
Hingga mentari kembali menjemputnya dengan pagi.

Dan kau kukatakan pada sepi
Bahwa kau yang slalu ada di hati. Tak pernah hilang tak pernah pergi
Walau sepi itu sendiri berkata
Kini hanyalah kau Dan aku yang nyata.
Namun ku katakan pada sepi
Kehadiramu adalah ranjau yang mengusik hati,namun
tak membuatku musnah Melainkan aku semakin Cinta dengan dekapnya
engkau sepi.
Kepadanya Dan kepadanya,hanya kepadanya

Jarak kita

Mungkin hanyalah waktu yang memisahkan kita..
Dan juga jarak yang menjahui kita
Namun kau harus yakin Dan percaya cintaku tetap
sedekap jiwa....

Tak usah mengeluh,tak usah berpasrah
Setiap sejak tanganku bertasbih Nama Namamu slalu ku sebut
Dengan putaran putaran dengan mutiara yang
bening
Biar kau slalu ada walau jauh Dan jarak
Mengukur kita dengan gelapnya mata
Namun kau harus yakin,di kedalaman mataku Kau bening bercahaya menyinari ruang jiwa.

Kau yang tak kulihat

Wahai yang tak kulihat...
Aku menangis karenamu
Aku mengeluh karenamu
Aku tertunduk karenamu
Dan aku mendesah karenamu..
Wahai yang tak kulihat.. Sinar yang terang menjadi pekat
Lentera jalanan menjadi lelap..
Sepertinya aku tak tau lagi arah kaki melangkah
Melainkan keyakinan yang kuat atas dirimu...
Wahai yang tak kulihat
Kalam kalammu lembut menyusup hati Salam santunmu sayup menyapa hati
Aku tertunduk,aku malu,Dan aku takut untuk
kehilangan dirimu...