Sabtu, 11 November 2017

Harapan yang patah

Harapan yang telah kita bina dulu, kini telah menjadi puing puing kebisuan yang sunyi, sepi kini adalah bagianku yang tertunduk mengenang antara kau dan aku

namun hati masih berbicara tentang tanya,akankah kelak cinta kita menjelma pantai, bagi ombak rindu kita, yang bergulung sunyi di laut biru waktu tanpa siapa siapa selain hanyalah aku.

tapi entahlah,sementara kau sendiri bagaikan ratu di singga sana tak mengenal aku kembali yang sunyi, bahkan suara suara panggilanmu kini menjelma deru angin yang mengibaskan jiwaku

Sedih dan luka

kasih.....
Di mana kau simpan keriangan itu  ? Perempuan manis,Lihat, lihatlah, senyumku, terisi penuh air matamu mengiringi nyayian anak burung yang baru saja bersiul dia antara ranting ranting harapan di bawah daun daun yang hijau

kasih.....
Pagi ini juga suara bernyanyi, memanjakan anak anak sungai yang bersedih di paru paru desa, menghibur cemara tua di antara rindu dan kenangan,halnya kemaren yang tak terhapus lusuh di tekan waktu

kasih....
kini aku bagaikan desa yang terlena di antara perbincangan kaum pedagang, serba kebingungan, dan kehilangan pengertian,dengan segala yang terjadi pada kita
dan kini ku hanya mampu berdesah luruh pada kesunyian yang senyap tanpamu tanpa dirimu tanpa suara suara yang senantiasa ku dengar penuh kegungan cintamu

Janji kita

janji kita....
Aku tak akan memilih timur atau barat, bila di selatan sudah ada kau dan aku dan yang lain tak butuh diutarakan lagi.
bahkan semua itu kau tintakan dengan air mata bersama

janji kita.....
Ketika nafasku dan nafasmu pertama kali jatuh ke bumi, kita belum mengenal kata, kecuali hanya menangis, seperti hari ini.
yang mana untuk hari esok kita senyumin bersama kembali.

tapi kenapa kau begitu rakusnya membuat  kehampaan ini padaku,
hingga kekoson melompong pada bidik hatiku yang mendetak
seperti rahasia angin, yang takut menjumpai badai.


Luka

kuatkanlah dengan segala kepedihan yang kau suguhkan padaku
doakanlah aku supaya tegar menjalani semua hari hariku
bukannya aku mengeluh dan mengemis diambanh jalan
namun semua ini sangat membuatku menderita

tahun demi tahun kututup semua ini dengan senyum
pedih, perih, luka, sedih, ku cuba merayu harap pada sebatang kayu rindang
namun sampai kini masih saja merapal dan melegam di jiwa...

air mata tak terasa jatuh menintakan diri tak berpena
membasahi lembaran lembaran waktu yang kupijak
namun semua masih saja merayap aksara pada buliran kisa yang di jalan kita.
sampai kapankan semua ini berahir, sampai kapankah semua ini berubah
atau memang demikianlah suratan hidup yang harus aku jejaki dalam dalam sunyi tanpamu

Pedih

kasih.....
mungkin kau sudah bisa melupakan segalanya tentangku
mungkin kau sudah dapat melepas bayang bayangku di matamu
hingga kini kau dapat tersenyum indah dengan suara riak tawa yang melaut menyurak pantai
dan membeberkan segala bahagia dengan senyum tanpa air mata dan luka.

tapi dengarlah degup jantung yang ku coba untuk lirih berdetak
semakin lama  sepertinya semakin tak kuasa kutahan.
dan bahkan kepedihanserta derita yang ku tambal dengan ribuan senyum semakin meraja,bahkan dalam lirihpun serasa sayatan sayatan silet yang menyAyat.