Jumat, 02 Juni 2017

Pintaku


Izinkanlah Kupeluk erat bayanganmu,meski jarak dan waktu
Memintal kita pada ketidak pastian dalam hidup dan jejakmu akan hilang di suatu masa padaku
katakanlah di mana aku harus berlabuh pada muara hatimu, jangan pura pura jadi hujan, agar aku mampu kembali tidak menjadi seorang,meski hanya dengan bayangan.
Berhentilah engkau di tiap lekuk jalan,
Biar langkaku yang terus mengejar bayang bayangmu akan berahir terang.
Dengarlah ceritaku yang slalu tergesa gesa berlari ke arah simpang jalan demi satu bayangan
Ibarat mengejar hujan yang tak pernah aku dapatkan walau setetes,padahal kau tau, aku rindu bisik air yang tak bosan bercerita tentang kasih dan sayang.

Kemanakah akan aku cari

Ya rob.....
Bukan kah aku sudah jauh mendaki bukit terjal di bawah payung matahari yang membakar
Bukankah ketika malam aku jua begitu,melangkah di bawah payung gelap tanpa cahaya. tapi mengapa masih tak ada iba untuk mengantarkanku pulang, walau hanya sebentuk bayang bayang di setiap hampir lelahku...
Atau mungkin aku hanya segelombang laut yang telah bergerak menjauh namun tak menemukan sampai atau menanti setelah istana pasir di pantai kau buat runtuh

Ya rob.......
Kini putik angin seperti pecah tepat di tepi mataku,berharap merindui hujan menghempas kasar namun hilang meninggalkan pedih
Hingga aku tertinggal jauh dari makna makna hidup kepastian yang aku damba.

Ya rob....
Haruskah aku daki bibir bibir tebing lagi,untung mengulang ulang.sedangkan dari dalam tempat paling curam dan tajam.
Haruskah aku menanti jawaban jawaban waktu yang masih entah dan kapan.
Jika demikian,maka izinkanlah aku berdiri menatap ketegaran dan  mengelus garis garis cahayamu dalam ketenangan.

Mencarimu

Dua purnama sudah aku mencari jejak jeka pasti dan terus mencari di setiap kelopak yang menangis, aku bertanya tentang siapa dan dimana, sesaat sebelum air terjatuh,hingga aku bagai sang pengembara tak lelah.

aku kira masih beruntung bisa mencium sisa aroma keindahan waktu,namun tidak, padahal di luar angin begitu kencang membawaku mengepak,namun semua hanya bayang bayang yang bergegas meninggalkan sang pengembara

Aku bukan tak punya pilihan selain menjauh,tapi kepastian rasa telah mengikatku, akan kemanakah permohon setelah ini,sepertinya kini aku takut air mata mengalir lebih deras, hingga sampai  pada punggungku.

Kau yang menghilang

Hujan pagi ini dari mataku sendiri menderas lewat rasa sajuk tak terpanggil, mungkin karena menujumu kutemukan sunyi,karena detak jantungmu tak lagi menyeru atas nama namaku.

Dan sebentar Kulihat cahaya bulan melayang lembut seperti membawah bayang bayang,tak sengaja aku berlari sembunyi,ternyata langkah kakiku mengendap dingin di atas rerumputan,engkau hilang tiada mengerti.

Taukah engkau derunya ombak yang tak pernah sampai, barangkali itulah aku yang slalu menunggu di antara baris baris karang yang menjuntai pasrah , tak juga bergeming dan  terpantul oleh kedua bola mataku.

Selasa, 30 Mei 2017

Teringat masa

Seperti masa di tikam masa
Raungan kenang datang dengan sekilat senyum menyumbang di kepala
Sedikitpun tak berjarak...
Hanya seulas nama saja yang jauh dari fikiran...

Wajahmu seperti yang pernah ada dalam tatap mataku di suatu masa yang mungkin berlalu...
Senyummu bagai rona hidup tak pernah hilang termakan waktu,meski seperti tertalan bumi

Wajahmu jua tidak purnah terasing dalam kepala ingataku entah siapa engkau dan di mana engkau,bangkitlah jika kau mengubur diri dan katakan padaku.
Jangan biarkan aku menatap kematian masa yang berlumut hitam di bawah batu nisan....

Sungguh bukan rayuan yang ku anugrahkan kata kata ini untukmu.
Tetapi kenyataan yang pernah ada dalam memory ingatan masa lalu yang kini tumbuh kembali hadirmu