Rabu, 25 Mei 2016

Kepahitanku

Bahasa salju menerangkan dingin yang mencubit sepi..
Sementara angin meriuh tak pernah berhenti mematahkan ranting
Menjadikan gugurnya daun di atas tanah yang kering..

Sementara Bahasa alam tak henti hentinya memanggil pekat
Seakan akan menjanjikan gelap yang menimpa kepahitan
Pada durjananya terkasih yang hilang...

Air tak lagi meriak,dengan angkuhnya menggulung dari tengah lautan menghantam karang yang sudah rapuh dengan usianya...

Demikianlah Cerita cintaku yang terpeluk gugur di medan perang

Minggu, 22 Mei 2016

Pedih

Mungkin memang aku tercipta sebagai bahasa luka
Yang tak henti hentinya sebagai penglihatan Dan pelajaran hidup tentang Cinta.
Atau memang aku adalah memang aku tercipta sebagai sampul sampul sobek dalam buku rindu
Yang hanya menyisakan kerapuhan kerapuhan
Lalu punah di telan matahari yang membakar.

Kini semuanya hancur......
Hanya kenanganlah yang dapat aku rasakan dalam pedihnya waktu yang terus menusuk nusuk jiwaku.
Bersama desah pengabdian yang pedih membawa sehelai harapan yang patah di setiap jejak jejak langkah.

Betapa berat kenyataan yang harus kulalui
Dan betapa hebat rasa yang menggerutui jiwaku.
Rindu sebatas angin yang tak kan lagi tersampaikan
Kasih takkan lagi sampai pada ikrarnya
Cinta bertaubatkan luka yang tak pernah akhir sampai masa

Harapanku yg patah

Engkau adalah setangkai bunga harapan dalam mataku
Yang Ingin semai dalam hati Dan cintaku
Tuk jadikan taman taman indah dalam hari hariku
Kini tak mungkin lagi bisa ku raih dalam nyataku...

Kau mawar yang senantiasa menghiasi Dulu dalam sendiriku
Hingga sejuk membawa aroma kebahagiaanku
Kini musnah sudah terhempas riuh angin yang bersejak
Hingga mematahkan ranting rantingnya biru..

Kini....
Tinggalah aku dalam hamparan hampa kesendirian
Bagai perahu di tengah lautan,terombang ambing tanpa tujuan..
Dan mungkin..akan tenggelam Dan meninggalkan semua dalam kenangan..

Kini....
Hanya deru isak yang dapat aku isaratkan pada sang angin..
Beserta debur ombak yang mengacuh keadaan.
Tentang aku,tentang kamu,tentang kita.
Yang sudah mengikrarkan Cinta dalam dada...

Sabtu, 21 Mei 2016

Air mata Pedih

Setetes bening air mata yang jatuh malam ini...
Akan menjadikan tintang bening tentang ketiadaanmu disini
Yang senantiasa aku siratkan akan nama namamu
Yang tak pernah hilang dalam ingatanku

Malam ini.....
derap gelombang yang memanggil manggil namamu
Munkin hanyalah panggilan angin yang mendesah lirih tanpa daun
Hinggap Dan mendesir pada laut tak berpantai..
Yang mengabadikan gelombang gelombang tangis
Tentang sebuah Cinta yang hilang Dan kasih yang tenggelam.

Malam....
Hanya doa kecil yang dapat aku seruhkan pada sang pencipta
Tentang keabadian kasih Dan sayang
Tentang keabdian rindu yang merentang
Yang tak pernah hilang dalam ingatan
Akan dirimu yang mungkin malam ini
Sudah tersenyum indah dalam pelukan

Deritaku

Rindu ini....
Kian memaksa tuk menjejaki malam yang sangat gelap.
Sementara seberkas sinarpun yang senantiasa engkau cahayakan dalam pekat
Kini takkan mungkin lagi becahaya Dan menyinariku seperti Dulu.. 

Malam ini....
Hanya setumpuk harapan yang menderu gebu
Akan selintas bayangan hayal walau hanya sesaat engkau tersenyum
Walau hanya sebatas sapa angin yang menyapu...
Tapi pasrah menautkan kata yang menggemakan rasa
Mana mungkin ,sedangkan aku adalah bumi yang jauh takkan kau pijak.
Melainkan aku adalah bumi yang gersang tanpa air.

Malam ini....
adalah tetesan hujan air mata yang sangat lebat..
Air mata yang jatuh dengan pasrah penuh luka..
Dan air mata yang memaknai sakit Dan derita...

Malam ini...
Sebegitulah jiwaku yang tak mampu menjamahmu
Bahkan memanggilmupun kini bibirku terkatup dengan sebegitu kakunya
Hingga hanya desah panjanglah yang dapat aku uraikan
di antara dua bibirku yang beku.