Rabu, 20 April 2016

Jawablah

Dalam sejak sejakku hati besar berharap akan menjadikan engkau sebagai pelengkap sayap sayapku yang patah.namun dalam renungkku yanh bersayap satu.engkau sama sekali hanya meninggalkan senyum di balik harap yang tergantung.......kapankan engkau akan menjawab semua tanyaku.atau haruskah aku sebagai batu hitam yang membeku.....jawablah.dalam sadarku aku.jgn kau gantung aku sebagai gemintang yang bergerimis.aku mohon sama kamu.jawablah.aku akan menerima semua apa yang kau katakan di dakamnya dengan penuh arti

Tamparan hati

Mata tertutup rapat tersilau dengan matahari yang tajam menyengat
Seketika wajahmu menjelma di setiap manusia manusia yang tersenyum di bibir rusa
Dalam diri hati memanggil aksara aksara rasa yang sudah berdiri tegak
Dengan ribuan ribuan prajurit kebencian yang tak pernah usai
Tahukah engkau kenapa dengan ribuan kebecian itu sehingga tak pernah ada ampun
Karena ribuan kebencian itu adalah makluq mahluq yang tercipta untuk bertaubat
Namun engkau taburi dia dengan paku paku tajam dan silet hingga memar dan berdarah

Senin, 18 April 2016

Terimakasihku

Terimakasih atas derita yang kau suguhkan
Akan nikmati senikmat mungkin walau pahit memekat
Terimaka kasih atas rasa yang kau tabur pada hati
Akan aku biarkan sebagai kenangan akhir yang tak perna mati
Terimakasih atas air mata yang pernah kau teteskan di bahuku
Hingga mengalir pada lembah lembah rasa hatiku
Akan aku biarkan semua itu sebagai lembah lembah kepalsuan cintamu padaku

Ttd
Sandy Nista

Untuk Sang jiwa

Kirananya mencari cinta
Kini aku terjatuh pada lembah lembah yang dalam
Menyimak waktu tersendiri menatap langit yang nan sunyi
Berharap kasih seusai haujan dengan penumbuhan bunga bunga indah bak syurga

Kiranya mencari cinta......
Kuterdiam di antara ranun renun nasib yang begitu rengkuh
Berharap dengan seribu doa.tuk tertuangkan serubu makna

Kiranya mencari cinta
Andai saja sang dewi langit jatuh dengan kepakannya
Mungkin dialah bidadari syurga yang tersuguh untukku sang jiwa

Pasrah Dan Luka

Terdiam seribu kata menatap bahasa langit
Yang kini runtuh menjadi kehujanan yang lebat
Desah angin berkecambuk peka menampar kesunyian
Yang tadinya tenang dengan desiranya
Kini mencadi gumpalan ombak yang menghantam karang

Di mana bahasamu dulu yang kau alirkan menjadi sebening embun
Di mana suaramu yang dulunya lembut yang senantiasa menyapa dedaunan hingga mengepak
Aku rindu.aku menangis aku menjerit.
Dan kini Hatiku berbumi gersang tanpa setitik air

Cintamu.ternyata menjadi bungkaman arofah yang tandus di dalam hati
Menjadikan gugurnya daun yang terpeluk mati
Kau jadikan aku ranting yang patah patah
Kau jadikan aku anak sungai tanpa air
Yang ada hanyalah tetesan air mata luka.luka dan luka