Rabu, 03 April 2019

Bulir bulir air mata

kini pagi meletup kembali, 

menjilat semangat setelah ku rebahkan pada Malam, 

dan kini kembali membakar mataku yang jelang,

 bagai pemimpi malang, yang karam di jantung sungai harapan.

kau telah mengambil bahagia ini dariku,

dan kau tinggalkan pedih perihmu di sini, 

kalau bisa, serahkan juga air mata, serahkan semua kenangannya.

akan aku terima semuanya meski jiwa tak lagi gigih seperti semula

dan kini aku hanya mampu berkaca pada anak sungai meski tak jernih, di mana air mengalir sampai muara, meski tak begitu utuh memberi manfaat bagi tiap likuku yang terlewati.

Tidak ada komentar: