Jumat, 28 Juli 2017

Terhempas

 bergelombang di pedataran hati
Angin meriuh tak bersahabat dengan alam
Lautan tak enggan enggan menggulung pantai
Desiran merayap hangat seperti kobaran api membakar
Setelah semua teringat dengan sebuah kenangan
Langit gelap, langit pekat, langit buram, tak ada satupun cahaya yang menyinari bumi
Menjadikan alam pekat berselumut sunyi
Rengkuh,keluh,kesah itulah pemasrahan yang hanya mampu di persembahakan pada sang kuasa

Selasa, 25 Juli 2017

Luka

Kau jadikan aku tandus tanpa harapan
Bunga bungapun mengering tiada air
Serta pepohonanpun rapuh termamah matahari
Menjadikan ranting rantingku patah tiada berdaun.
Dan kini bumiku kering penuh kegersangan
Tenar berlubang di antara hidup dengan penantian
yang kau sulam dengam kepalsuan penuh kebongan
aku rapuh dan punah di antara sengatan cakra panas yang kau bakar
Dengan bara yang mengkilau api dari cahaya hatimu.

Jumat, 21 Juli 2017

Syairku


di tabuh langit yang malam
kudendangkan sayir syair rasa kelelahan
setalah jelmaan burung kutilang kembali pada asalnya,setelah senyap dengan gelapnya
dan srigala srigala seperti mati tak bersuara
anginpun diam membisukan sunyi.
menjadikan daun jatuh di tabah bumi
di tabuh langit yang malam
suaraku mengayun ayun bak munajat jiwa
tentang pesih yang di iramakan luka
tentang perih yang di sukmai rasa
seperti halnya jilatan jilatan air yang bergelombang yang tak pernah henti mencumbui  pesisir
meski lelah terus bersurak meski retak terus menggejolak
mewarnai malam yang senyam dengan bisunya
di tabuh langit yang malam ...
bahasa luka terus mengikis dengan bayangan
katupnya matapun tak siap jadi pintu penutup
hingga bahasa yang tersusun di atas gelap
menjadi awan pekat yang melgam hitam
entahlah,sepertinya hujanpun akan membungkap lebih erat, dari sebiasanya menjadi ratap.

Rabu, 19 Juli 2017

Slamat tinggal

banyak kata yang keluar sebagai senjata yang tajam di celah celah waktu yang menyurak laut
penuh indah seakan akan memberi arti hidup bak air di musim kering dalam gemeratap
namun barangkali lupa kalau hujan bakal akan turun menumbuhi bunga bunga yang lebih muda
jamkan itu hay percari kata
jangan kau adukan aku dengan bahasamu yang masih entah tertinggal di kepulawan itu
barangkali kau perlu maknawiyah untuk mematahkanku dengan kata kata cinta dan rindu
sedangkan hatiku sudah mematung di sini melihatmu tersenyum tanpa air mata
jangan memintaku untuk jatuh kedua kalinya pada hatimu,karena aku tau di lembah hatimu adalah jln penuh duri yang berserakan
bukan istana yang kau janjikan penuh rasa
melainkan kedepihan dan derita...

slamat tinggal masa kemaren hahay.......
aku tak apa apa rasakan hari harimu yang kau pilih sendiri

Jumat, 14 Juli 2017

Kehadiranmu



Suaranya gemelut basahi bunga yang kering
saat ranting ranting itu patah di antara terik matahari senja
Paparanya Syahdu bak sejuk angin yang menyemai desah
pada bunga bunga yang hampir punah
Kata katamu tak berkoma meski spasinya seperti memanjang di antara kata kekata,Sunggu senyummu bak mengingat kenangan masa yang berlampau
Saat aku tertinggal oleh jejak pasti yang di namai takdir
Tapi kenapa semua seakan akan kembali bagai rumah beristana dalam hati memberi semangat tanpa pedih
Meski masa itu tertindih masa yang membuat luka dengan suara pedih...
Dering hp yang tak kunamai,engkau datang sebagai angin sejak yang memberi keringanan dalam kata
yang kau lantunkan dilerai senyum sapa penuh makna
Aaah akankah masa masa itu kan kembali seperti semula
Sedangkan waktu mengija 17 tahun sudah bagai tertimbun musim
Sungguh kau dengan dering hp membuat juntalan kisah mati menjadi hidup
Setelah semuanya usai tak tersisa
Akankah semua itu kembali, atau takdir kita yang sudah sampai dengan doa penolong yang senantiasa kita ucapkan dulu sebelum usai