Rabu, 27 Juli 2016

Desahan hati

Sudah aku berusaha tegar dengan semua kenyataan ini
Kuusap dada ini sekuat mungkin bertusahan tidak bergetar
Namum masih saja lautan bergelombang riak dalam hatiku
Mengikis tebing tebing jiwa yang mulai merapuh dengan nyata

Rintik rintik yang jatuh dari kedua mataku senantiasa ku usap
Seketika mendengar paruh angin yang mendesau di arena ilalang
Namun masih saja tak dapat ku bendung dengan kuat
Hingga air mata ini menjadi tinta kecil yang berbasah pada kertas yang lusuh

sungguh pedih semua kenyataan yang ku pijak dalam semua ini
Permainanmu yang mengairkan basah cinta hingga menghidupkan segala bunga
Kini tak dapat aku buang,bahkan semakin jauh kaki melangkah
Semakin erat rasa yang memeluk segalamu yang tak perna sirna...

Hati bukan lagi terkadang untuk mengeluh luruh
Bahkan dari setiap detikpun yang berputar putara
Desah tak kusengaja lepas dari rongga hatiku
Menjadikan bahasa mendung di atas langit hingga hujan kembali....

Selasa, 26 Juli 2016

Rindu

Kita adalah sepasang rindu yang diasuh oleh hati,
di mana jarak yang memisahkan kita tanpa temu 
Yang satu satunya hal slalu dibahas oleh waktu
yang selalu berakhir dengan sajak sajak sendu......
Dan kini di mataku Malam buram tanpa rembulan.
Hingga Menguak tabir kesendirian yang menjelmakan sepi
Hingga sangat panjang dan merapikan diri
Namun Rindu slalu menggoda menyemarakkan rasa sayang

Ketika itu Ada murung pada hujan senja tadi.
Menelusuri lorong lorong malam dengan tatap yang senyap.
Yang Ditemani remang rembulan Terentang setia di dada awan.

Rindu yang layu

Rindu yang kutanam di wajahmu sepertinya kini sudah layu, 
dan sepiring luka tumpah didada meneteskan deras air mata.
Sejak sejak angin meniup benang alisku sepertinya bayanganmu samar terlihat kelam di kerdip mataku.
Namun aku punya kata kata untuk dijadikan  sebuah cerita
yang Menghimpun puisi puisi dengan nada bistari.
karena selamanya duka kan slalu menjalar di hati
Karena rindu ini tak pernah beredar untuk semuanya.
Serta rindu adalah sentuhan halus yang selalu membingkai di dinding nurani dengan tulus
hingga ingatan tentangmu, begitu sulit kuhapus.

Senin, 25 Juli 2016

Engkau yang menghilang

Aku mencarimu di batas khayal yang membentang
Sesaat kabut tebal menutup rumbun rumbun ilalang
Namun engkau menghilang di antara lentera cahaya
Sesaat sumbuh sumbuh kecil mulai menggulap

Dalam malam....
Angin meraba raba dengan lembutnya pada dedaunan yang jatuh
Sedangkan tangkainya tertinggal di antara ranting yang kokoh
Entah kenapa dan ada apa.sedemikian bahasanya angin yang meniup

Oooh malam.....
Sebeginikah cerita suram yang di iringi gelapnya mata
Atau pantawanku saja sudah tak berindra di antara cahaya
Atau memang aku sudah tak dapat lagi untuk berharap
Akan indahnya bahasa cinta yang ingin aku raih
Walau seteguk bahasa

Malam

Malam tiada bercahaya,gelap berselubung luka
Kepedihan selalu menghantar rasa rasa yang perih
Yang senantiasa hadirkan bayang bayangnya
Dengan ribuan rintik rintik air mata langit yang menghujam

Malam semakin gelap.jiwa jiwa yang lelah hilang tiada berkata
Namun dari balik jeruji gelap yang terpagar sunyi
Aku yang sendiri tebrhimpit puing puing kàsih yang hilang
Terbukul derita yang menyempurnakan diri dengan detaknya
Rasanya tak sanggup dengan kenyataan yang harus ku bawa

Ooh malam yang gelap tiada berwarna
Hilangkanlah aku walau hanya dari balik daun petangnya
Biarkan jiwaku lelap seperti anak burung yang lelah
Supaya mampu lagi untuk esok hari aku  pikul beban kini.