Sabtu, 07 September 2013

Syahabatku


Shobat...........
Mengapa kau biarkan tetes air mata
 mengalir dari langit matamu yang bening

sehingga membasahi bumi hatimu dengan lebat
sehingga rumah rumah hatimu terbenam

Shobat............
Hapuslah,lihatlah sungai hatiku masih sanggup
untuk memandikan tubuh cintamu yang indah dan halus
dan sungai ini memang selalu ku aliri pada ladang hatimu
supaya rumput jiwamu indah seperti dulu

Shobat..........
Biarlah semuanya usai termakan waktu
berlabuh bagai mentari menari lalu tenggelam
hanya meninggalkan jejak panas yang mendalam
pada bumi jiwa hatimu yang kini sudah gersang

Shobat.........
Biarlah aku yang menyirami kegersangan itu
dengan berupaya dan seribu doa pada sang kuasa
untuk keindahan taman bunga hatimu yang kini kering

Mengapa


Mengapa ombak kau sampaikan pada angin
hingga menerjang batu batu karang di lautan
lalu kau tersenyum kesiangan seakan tak berarti

mengapa kau patahkan ranting yang kokoh
 sedangkan daunnya masih membiru seperti langit

kalau hanya untuk meratapi dan berpejam tak mengerti

Atau haruskah aku katakan pada sehelay daun
yang kini jatuh tergeletak diantara batu batu tajam
supaya kau mengerti cakra yang ada dalam hati

Adakah Engkau Mencintaiku


Saat aku mencintaimu dengan tulus
 ialah gerimis kecil yang menetes dari mataku
untuk menyirami bumi hati dan jiwa yang kering
sehingga tak ada lagi kegersangan yang merobek

Adakah engkau balaskan semua itu
hingga menjadikan pelangi di ujung senja nanti
penuh indah dan mewarnai langit jiwa
dengan ikatan kasih sayang yang dalam

Atau angin yang berhempus mesra
pada dedaunan yang biru lalu meluluh
pada bunga bunga mekar di taman hatimu
sehingga asaku terbang terhanyut
dalam bayang bayang rindu

Biarkan Aku Bercerita


Biarkan malam bercerita pagi untuk di kenang
karna kesunyian tak tertatap oleh sang rembulan
yang selalu menyinari saat datang kepekatan

 Biarlah bintang meratap bumi dengan sedih

karna merajud seribu impian yang terhalang
oleh segumpal awan hitam yang melekat

Dan biarlah pula deru angin mematahkan
ranting ranting di atas pohon yang rindang
serta jatuhkan daun daun yang membiru
karna semuanya sudah usai dan takkan bersatu

Hanya Mimpi


Ku terhanyut dalam hening pagi
 Bersama bayang bayangmu yang tak pasti

Sesaat senyum malam melewati jiwa yang sepi
Terengah aku sendiri

Desir angin memegang kuncup bunga pagi
Dan melambay lambaykan dedaunan di atas pohon
Hingga terbangkan harum bunga melati yang sejuk
Pada rasa jiwa hatiku yang terunduk

Pagiku terjaga,lalu asaku lari mengejarnya
Namun hilang Ia sudah di telan hangatnya sang mentari
Yang memadati bumi bumi jiwa sepiku
Sayang semuanya sebatas mimpi malam