Minggu, 14 April 2013

Kerudung Pagi


Di balik kerudung pagi ada senyum untukmu
 mentari pagi pelan mendaki ke bukit langit

yang tak bisa ku bayangkan betapa segarnya
menyusup dan mengharumkan kamar hatiku

bunga pagi mekarkan kelopak mata yang indah
mewarnai sudut taman hatiku yang kosong
oooh betapa indah pagi ini nyanyikan lagu mimpi

Aku Melihatmu

                                         Ya Allah

Kenapa engkau jadikan mataku
kalau aku tak bisa melihat seutuhnya
dan kenapa engkau lagi jadikan aku bibir
kalau aku tadak bisak berkata

 apakah kau butakan hatiku

atau engkau jadikan aku
sebatang patung yang terhias
lalu aku tak dapat berbica

Atau memang hanya
Enkau perlihatkan padaku
sebatas pengetahuan dalam hidupku
Tentang penciptaanmu
yang begitu indah di mataku

Hadirmu Dalam Mimpi

Malam kau selalu hempaskan mimpi dlam tidurku
bersama hembusan angin dingin ke sela2 hatiku
lalu kau teteskan embun menyirami cintaku
 sehingga mekarlah bunga hayalku yang jauh

Malam dibatu ini ku goreskan tinta darah
dengan sapaan yang saaaaaaangat indah
tentang cinta serta rindu yg memupus hatiku
lalu ku goreskan pula bunga2 cinta yg biru

Selamat Jalan Untukmu


kalau hati lagi bertanya siapakah kan menjawab
sedangkan semuanya sudah mati tak tersisa
kalau hati ingin mengadu tentang rindu
pada siapakah ku harus mengadu
sedangkan langit kini tak lagi biru

haruskah kuterima dengan kepasraan
 hidup memikul rindu yang begitu berat
serta cinta yang sangat melekat
 dan memuncak pada ulu hatiku

ke mana harus ku cari dirimu
yang begitu berarati dalam hidupku
kini bayangmu tak ada lagi
senyummu tak nampak lagi

kini tinggalah arti cinta yang pernah kita jalani
serta sisa rindu dalam kehidupan yang membahu

Selamat jln kasih
 biarlah semua ini kan menjadi kenangan harianku


yang mungkin kau takkan mengenali lagi 
biarlah aku yang akan membawa serpihan2 cinta
dan rindu yang kita buat dalam sejadah rindu

 kasih selamat
Selamat ya semuga kau bahagia
dan ku doakan semuga kau selalu
berkerung jingga
untukmu yang takkan ku lupa

Kursi Menangis


Di atas kursi berwarna kuning kau bagai ratu
 selendang sutra biru lumut kini melilitmu
betapa indah ku rasakan walau hati ini
tak ada kerelaan dalam serpihan

sungguh kau begitu cantik bulu lentik matamu
bagai bunga mawar yang pernah aku lihat di taman kita
senyummu mekar bak rona mawar mirah
yang pernah kau tanamkan di taman hatiku

Selamat hidup baru doaku selalu untukmu