Sabtu, 04 Agustus 2012

Ke Indahan Alama


Batapa indahnya alam ini
Laut berombak-ombak
Awan berarak-arak
Udara segar bertiup-tiup

Aku berdiri di atas guning,
Berdiri di bawah langit
Untuk melihat keindahan alam,
Keindahan dunia

Aku mempertaruhkan nyawa,
bertahan diri di atas guning
Demi melihat keindahan alam
keindahan ciptaan Tuhan


Malam

malam yg begitu indah kulihat bintang gemintang di sana bersinar menerangi
rembulan yg menerpa sayup menyinari jua
terpaan angin menyapa membisingkan kata kata cinta


Langit Kusam


Langit kusam semburat merah bumi yang gemetar
Sepotong paras kusut kuda apokaliptik mendengus
Dari Timur sangkur berpucuk-pucuk menyebar amis kematian
Bintang kemusuk di langit jagad melepus tak mau redup
Seiring taring memercik liur membusuk
Serupa kelewang karat berkisah usia dan derita
bertepuk gemuruh pada kado hari perayaan
buat perempuan yang nafasnya ditebas timah panas
buat anak-anak dengan sukma tertekuk di kolong bangunan ambruk
buat lelaki dengan tempurung-tempurung retak
buat sengal peradaban yang dihanyut beliung hari petang

Nasar melayang sambil kelimun serapah dikebas ke bumi pasrah
sekelebat tahta agung sehimpun sabda torah
serdadu berderap tanpa wajah
asap puing hitam menebal
dan kitab-kitab sejarah kumal menahan muntah
yang ditulis dengan tangan-tangan lelah
memberi berita yang tak kunjung beda,
ada penjagal menembak sambil tertawa

Pada Tuhan ia titip ayah, ibu, dan adik yang masih balia
Bikinkan satu rumah buat bersama dengan satu kamar tersisa
Karena tak akan lama
Di atas padang perburuan luka
Di malam sunyi yang mendesah basmallah
Malaikat mengetuk pintu di satu kala
mengantar ia bersama siapa entah,
dengan nama yang satu,
dengan titah yang Ia mau
,


Deburan Ombak

debur ombak pecah di buritan kapal
menggelegar memecah hening malam
hitam menyelubungi diri, gelap pekat
seakan mengundang bintang bertandang
menyodorkan petunjuk pada haluan kapal

percakapan tanpa kopi pun mengalir
sekedar berbagi kabar
menggulirkan sedikit harap
menyingkap rahasia hati

disini,
dimana percakapan tanpa gangguan teknologi terjadi
antara aku kamu kalian kita kami
ditingkahi tawa dan hening
sungguh kebersamaan yang langka

berbaring beratapkan langit penuh bintang
membisikkan ingin kepada bintang jatuh

wahai bintang,
tolong jaga mereka untukku
dalam matahari hujan dan gelap malam


Bulan Tak Kunjung Jua


Bulan tak juga penuhi
Malam itu sinar bulan tak menyapanya
Namun tak sesunyi malam
Gemerisik bunga mawar
Memberinya alunan nada
Menidurkannya dengan pelan
Layaknya belaian ibunda
Yang telah tiada

Tak ada lagi selain malam
Yang ia inginkan
Meski tak berbulan
Ia tetap dapat hilang
Dalam khayal menjauhi realita kehidupan

 Tetap terjaga

Kala terbangun mawar itu pun tersenyum
Dengan merahnya yang indah
Monoton….
Inilah hidupnya….
Meski darah tetap tertetes
Saat ia di dekatnya
Hanya mawar itu…
Hanya merah itu…
Ia dapatkan indahnya hidup ini