Sabtu, 07 September 2013

Goresan Pilu


Sayang...
Andai bisa hati mentafsir mimpi
Aku kan berlari mengejar memori hati
Menyimpul kasih jalinan kisah suci
Membakar jiwa yang sangat berarti
pada hamparan langit dan bumi

Tapi sayang
Mimpi hanya mainan malam
yang berendap endap Berlalu pergi
Tatkala fajar menghulur pagi
Menghurai makna di kamar hati
Menemani diri menangisi sepi

Sayang...
Kenapa ikatan cinta kita 
yang sekian lama kita kuatkan
kini  pudar seakan di mamah oleh usia
lalu putus hingga meraih bencana jiwa
 
Kini kutahu dinginnya kasihmu
sayup kudengar dari kelopak bibir
yang memekar keluh pada tatapan mataku
lalu kau hilang seakan termakan waktu

Pasrahku

Rinduku tak bertepi 

hiasi malam mengitari bumi
bagai hempaskan ombak menyapu sunyi
dengen kesendirian tak  kutemukan arah pasti

 Kini angin menyulam rasa 
dengan dingin yang menyaup sepi
hingga hamparan malam membuka sunyi 
pada rongga hati yang terunduk diri

 kesendirianku tak berarti
 memaknai cahaya cinta di hati
 dengan resah kupasrahkan jiwa ini
pada hamparan malam yang sangat sunyi

Aku Iklas


Relaku bersama gemintang tak teratap
dalam malam menyinari bumi tampa cahaya
biarpun angin hempaskan rasa dingin pada tubuh
 aku akan bertahan dengan sinar cinta yang mendala


Relaku kadang jatuh pada pepohonan
lalu membungkus di buahnya yang memirah
hingga pagi datang dengan rasa hangat ingin memetik
namun aku akan bertahan hingga malam nanti akan datang

Biarlah relaku nanti akan menjadi kisah
sebuah harapan yang matang tak terwujud
menemui senja hingga siang dan malam tak ada
serta kain putih menutupi menjadi salinan jiwaku yang luka

Itu Semua hanya untukmu dan untukmu teruray untukmu

Syahabatku


Shobat...........
Mengapa kau biarkan tetes air mata
 mengalir dari langit matamu yang bening

sehingga membasahi bumi hatimu dengan lebat
sehingga rumah rumah hatimu terbenam

Shobat............
Hapuslah,lihatlah sungai hatiku masih sanggup
untuk memandikan tubuh cintamu yang indah dan halus
dan sungai ini memang selalu ku aliri pada ladang hatimu
supaya rumput jiwamu indah seperti dulu

Shobat..........
Biarlah semuanya usai termakan waktu
berlabuh bagai mentari menari lalu tenggelam
hanya meninggalkan jejak panas yang mendalam
pada bumi jiwa hatimu yang kini sudah gersang

Shobat.........
Biarlah aku yang menyirami kegersangan itu
dengan berupaya dan seribu doa pada sang kuasa
untuk keindahan taman bunga hatimu yang kini kering

Mengapa


Mengapa ombak kau sampaikan pada angin
hingga menerjang batu batu karang di lautan
lalu kau tersenyum kesiangan seakan tak berarti

mengapa kau patahkan ranting yang kokoh
 sedangkan daunnya masih membiru seperti langit

kalau hanya untuk meratapi dan berpejam tak mengerti

Atau haruskah aku katakan pada sehelay daun
yang kini jatuh tergeletak diantara batu batu tajam
supaya kau mengerti cakra yang ada dalam hati