Rabu, 16 Januari 2019

Dalam hayalku

Sayang...
Malam semakin kelam
Lampu lampu semakin mencahaya dalam gelap
Namum semakin buram saat bayanganmu menjelma di kerdip mataku
Awan yang melambung seakan akan semakin membentuk hadir jiwamu

Sayang...
Dalap tatap yang jauh dari balik kesucian hati yang bening
Air mataku jatuh pada bibir sunyi yang diam
Sesaat lenggang jalanmu sedikit demi sedikit menggumpal kembali menjadi kehitaman
Yang di nuwai oleh hembusan angin yang dingin
Sungguh tak terasa,dalam sadarku telah menyapa pada maya yang hayal di kerumunan sunyi

Kehadiranmu

Sudah aku coba membendung malam yang begitu gelap
Dengan rasa yang kelam
Namun sinarmu masih saja menembus celah celah jiwaku

Dan kini rintik hujan semakin mengeras menumbuhi sejuknya malam
Dan menumbuhkan bunga bunga rindu yang begitu merengkuh

Oooh tuhan..
Inikah takdir pecintamu
Takdir hambamu
Dan takdir yang senantiasa di jalanmu
Yang semakin hari seakan akan semakin tak mampu membendung rupa yang begitu indah
Dan logak kata yang begitu menggoda

Ya rab..
Jika ini adalah janjimu
Datangkanlah dalam dekap nyataku
Pulangkanlah pada jiwa yang menunggu
Biarkan hatinya sepertiku,yang slalu tak ingin jauh dari waktu waktu


Pada Siapa

Daun daun sudah mengering,Kertas kertas sudah terbakar,Kini tinggallah daun yang muda sebagai tempat aksara untuk di baca

Tinta tinta sudah mengering,pena semua sudah patah,bahkan sebagian sudah di tong sampah,dan kini hanyalah air hujan sebagai pengganti demi satu huruf dan angka untuk kita

Mata sudah rabun tak melibat jelas,telinga sudah tuli tak mendengar tentang suara suara,meski sangat keras

Kini ku hanya mampu meraba raba demi satu kebaikan..

Ya alloh semuga hari esok embunmu masih kau taburkan kebumi kami

Sebagai tanda sejuk dalam kepanasan dalam kegersangan yang kini melanda di dadaku..

Kesendirianku

yang satu jauh melambung mencari angin dan ingin berkiprah mencari kebaikan

karena baginya yang sudah di temukan masih kurang baik

dan yang satunya juga ingin pergi untuk kembali kesarangnya sebagai burung kecil dan mengadu pada induknya

entahlah aku tak tau apa yang ada dalam fikiranya

sedangkan aku hanyala tubuh kecil yang mampu mengaminkan dari segala apa yang di berikan tuhan

serta aku hanyalah pemuhon dan pendoa yang berusaha berdiri dengan semangat

jika semua sudah menjadi akhir dalam hidup

biarlah,mungkin itu adalah bagian dari hidupku untuk berjalan mencari ridho

Harapanku

Waktu barangkali milik kita yg sama sama di bawah langit di atas bumi tuhan..
tak ada petunjuk lagi dari apa yang ku serap dari hadirnya sang bidadari mimpi
selain kutemukan secercah harapan dan ridhonya
kini tinggalah waktu bagaimana cara waktu memutar jarumnya pada titik henti tentang kita...
sedangkan kita sendiri masih bangga dengan jarak yang hanya mengepak kerinduan....

wahai mimpi yang indah...
hadirkanlah pula keindahan yang berpuan nyata pada keroncong iman dalam hati...
meski jauh tak dapat ku gapai...
setidaknya engkau datangkan dia sebagai ruang tungguku yang mengiyakan tuk kekuatan iman