Jumat, 29 Juli 2016

Pedih

Luruh,luruh,peluh,rasaku memutar mutar di antaranya
Sedangkan kesejukan angin masih tak kesampayan dalam dedoa
Hanya harapan patah yang dapat tersaji bagai ranting di pepohonan
Dalam setiap desah kataku yang di rendung malam

Pedih,perih,tersayat sayat dengan kenyataan yang bersandar
Pada sebujurur tubuh yang tak mampu tuk berpijak di setiap langkah
Dan bahkan tersiram oleh kenangan kenangan ombak yang manghantam
Hingga rintihan semakin menguak pada lisan yang diam

Oooh malam yang tersajih oleh bintang penuh cahaya
Dengarlah kesah kesah bisu yang ku lantunkan
Lewat tataan tataan aksara yang ku syirat dalam beranda

Betapa beratnya jejak jejak langkah yang harus ku jalani
Dan betapa gelapnya petang yang harus ku lalui...
Tak adakah secercah harap bagai embun yang jatuh ketika pagi
Tak adakah bagiku segenggam indah walau tak seindah masa lalu...
Sedangkan hati kini bagaikan batu batu yang hanya tertatap
Tanpa sentuhan sentuhan kasih penuh rindu dan sayang

Rabu, 27 Juli 2016

Desahan hati

Sudah aku berusaha tegar dengan semua kenyataan ini
Kuusap dada ini sekuat mungkin bertusahan tidak bergetar
Namum masih saja lautan bergelombang riak dalam hatiku
Mengikis tebing tebing jiwa yang mulai merapuh dengan nyata

Rintik rintik yang jatuh dari kedua mataku senantiasa ku usap
Seketika mendengar paruh angin yang mendesau di arena ilalang
Namun masih saja tak dapat ku bendung dengan kuat
Hingga air mata ini menjadi tinta kecil yang berbasah pada kertas yang lusuh

sungguh pedih semua kenyataan yang ku pijak dalam semua ini
Permainanmu yang mengairkan basah cinta hingga menghidupkan segala bunga
Kini tak dapat aku buang,bahkan semakin jauh kaki melangkah
Semakin erat rasa yang memeluk segalamu yang tak perna sirna...

Hati bukan lagi terkadang untuk mengeluh luruh
Bahkan dari setiap detikpun yang berputar putara
Desah tak kusengaja lepas dari rongga hatiku
Menjadikan bahasa mendung di atas langit hingga hujan kembali....

Selasa, 26 Juli 2016

Rindu

Kita adalah sepasang rindu yang diasuh oleh hati,
di mana jarak yang memisahkan kita tanpa temu 
Yang satu satunya hal slalu dibahas oleh waktu
yang selalu berakhir dengan sajak sajak sendu......
Dan kini di mataku Malam buram tanpa rembulan.
Hingga Menguak tabir kesendirian yang menjelmakan sepi
Hingga sangat panjang dan merapikan diri
Namun Rindu slalu menggoda menyemarakkan rasa sayang

Ketika itu Ada murung pada hujan senja tadi.
Menelusuri lorong lorong malam dengan tatap yang senyap.
Yang Ditemani remang rembulan Terentang setia di dada awan.

Rindu yang layu

Rindu yang kutanam di wajahmu sepertinya kini sudah layu, 
dan sepiring luka tumpah didada meneteskan deras air mata.
Sejak sejak angin meniup benang alisku sepertinya bayanganmu samar terlihat kelam di kerdip mataku.
Namun aku punya kata kata untuk dijadikan  sebuah cerita
yang Menghimpun puisi puisi dengan nada bistari.
karena selamanya duka kan slalu menjalar di hati
Karena rindu ini tak pernah beredar untuk semuanya.
Serta rindu adalah sentuhan halus yang selalu membingkai di dinding nurani dengan tulus
hingga ingatan tentangmu, begitu sulit kuhapus.

Senin, 25 Juli 2016

Engkau yang menghilang

Aku mencarimu di batas khayal yang membentang
Sesaat kabut tebal menutup rumbun rumbun ilalang
Namun engkau menghilang di antara lentera cahaya
Sesaat sumbuh sumbuh kecil mulai menggulap

Dalam malam....
Angin meraba raba dengan lembutnya pada dedaunan yang jatuh
Sedangkan tangkainya tertinggal di antara ranting yang kokoh
Entah kenapa dan ada apa.sedemikian bahasanya angin yang meniup

Oooh malam.....
Sebeginikah cerita suram yang di iringi gelapnya mata
Atau pantawanku saja sudah tak berindra di antara cahaya
Atau memang aku sudah tak dapat lagi untuk berharap
Akan indahnya bahasa cinta yang ingin aku raih
Walau seteguk bahasa