Selasa, 16 Juli 2013
Penantian tak Berujung
Suram gelap tiada rembulan menemani detik ini
yang biasa menyinari dengan indahnya yang berseri
bintang tertunduk lesuh menyikapi dengan waktu
tabah pasrah dengan dinginnya sang malam
Sendiri kuratap langit tak berujung
mencarimu cahaya cinta sejati dalam waktu
namun kau kiat tak berada walau hanya sebatas sapa
Sendiriku dan sendiri mengikuti hati
menantimu dalam waktu dan waktu penuh sepi
biarpun hari berganti ganti kutetap menantimu dalam sepi
Miskin
Rintik rintik mewarnai sore tadi dengan indahnya
menyirami bunga hati yang panas dan lapar
gerah hilang seketika terhempas dinginnya air
Dari gubuk tua kudengar suara rintihan lirih
memaparkan rasa keluh dan lesuh penuh harap
akan setetes rizqi yang terbuang dari langit
Oooh sungguh kuat imannya dia dengan kokoh
walau setetes riszqi tak di dapati sesuap nasi tak terpenuhi
dia tetap meratap dan tak henti berpuasa melaparkan perutnya
menyirami bunga hati yang panas dan lapar
gerah hilang seketika terhempas dinginnya air
Dari gubuk tua kudengar suara rintihan lirih
memaparkan rasa keluh dan lesuh penuh harap
akan setetes rizqi yang terbuang dari langit
Oooh sungguh kuat imannya dia dengan kokoh
walau setetes riszqi tak di dapati sesuap nasi tak terpenuhi
dia tetap meratap dan tak henti berpuasa melaparkan perutnya
Langganan:
Postingan (Atom)