Cukup senyum saja jikalau kau tak mampu bersuara
biar kunikmati walau itu semua akan menjadi luka
yang menganga di dasarnya lautan hati jiwa
Tak usahlah kau berkedip memainkan bulu matanya
dengan bunga indah yang memekar pada hatiku
untuk kau santuni dan kau hargai layaknya emas
kalau pada akhirnya kau akan menjualnya
Biarlah aku berjalan menyusuri lorong lorong yang gelap
tanpa sehelai kain dan sebatang lilin yang bersinar
hingga kepekatanku semakin memekat ku jalini
akan aku nikmati dengan tetes bening ait mataku
yang selalu mengalir pada rumput rumput nan hijau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar