bagai pepohonan yang patah,tumbang tak berair
laluterkulai gerah tertelan panas terik matahari
Meryapku dikegelapan yang memekatkan mata
hingga jiwa ini membentur puing puing derita
dan tak menemukan titik titik lilin yang berobor
Tiada sinar menyemak mataku kecuali kunang kunang
yang terbang menghinggapi jerami jerami sepi
lalu terhempas dan terlempar oleh besarnya angin taofan
Sungguh
Sepi sangat minindih hati ini hingga lariku terjal
dan jatuh di antara batu batu yang sangat keras dan tajam
lalu tubuhku membentur rasa dingin yang sangat pekat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar