Minggu, 28 Juli 2013
Ratapanku
selintas bayang bayang menggoda menari nari bagai bunga
di setiap kerangka kerangka malam yang sunyi
lalu jatuhkan daun oleh dinginnya malam yang sepi
Ribuan kata kata bersyair cinta yang mengayun indah di langit
kini berhamburan oleh riyuh gelombang sang angin
dan terhempas bagai awan tipis lalu jetuh terkulai
Oooooh sungguh malam ini gelap tatapanku
tiada rembulan yang bersinar walau sebatas cahaya
Lelahku Dengan Rindu
Untuk apa kulihat bunga menghiasi kelopak matamu
kalau bunga itu takkan kujamah dan takkan kumiliki
untuk apa senyum manismu yang selalu membekas diantara malamku
kalau itu akan berlalu
kalau bunga itu takkan kujamah dan takkan kumiliki
untuk apa senyum manismu yang selalu membekas diantara malamku
kalau itu akan berlalu
sekeping hati hangus terbakar menapaki kerinduan
pada sekuntum bunga yang mengambang di lautan
Awan menatap lelah pada kesunyian yang gelap
tiada rembulan membinar yang sangat terang
pada keroncong keroncong malam yang sengit
hanya desah panjang dikeheningan berhambur seru
nyanyikan kisah rindu yang teratap oleh waktu
Gemuruh gelombang laut pasang cintaku
terhempas oleh kesunyian yang menekam
pada batu batu kasih yang tertancap tajam
di setiap dinding dinding rinduku yg lelap
INIKAH UNTUKKU YG TERSIRAT OLH WAKTU
Yang kau catat dalam jemari rasa hatiku
Ungkapan serpihan kata menyatu bagai syair
teralun sebagai nyanyian senja yang bisu
Hingga degup jantung yang bergejolak riuh
bagai gunung longsur yang berapi dan
mematikan semua ungkapan ungkapan
yang terhantar uleh urayan waktu sepi
terhempas oleh kesunyian yang menekam
pada batu batu kasih yang tertancap tajam
di setiap dinding dinding rinduku yg lelap
INIKAH UNTUKKU YG TERSIRAT OLH WAKTU
Yang kau catat dalam jemari rasa hatiku
Ungkapan serpihan kata menyatu bagai syair
teralun sebagai nyanyian senja yang bisu
Hingga degup jantung yang bergejolak riuh
bagai gunung longsur yang berapi dan
mematikan semua ungkapan ungkapan
yang terhantar uleh urayan waktu sepi
PUISI SORE
Metahari berlahan bersimpuh di ufuk senja
kuning keemasan dengan indahnya merona
pada kelopak kelopak mata yang memandang jauh
Ombak dengan asiknya bergelombang riya
mengayun lembut pada pasir pasir putih di pantai
menjadikan indah dalam sapa cinta
mengukir sebuah harapan yang tak di duga
burung walet dengan riyang melambai lambai
kepakkan sayapnya yang menerjang
pada hari yang hampir berlabuh di ufuk senja
Dustamu
Aku terlelap oleh ucapan kata katamu yang manis
tentang tulisan cinta yang mewarnai jiwa
hingga kujadikan mimpi mimpi indah yang suci
Aku terpesona tutur kata katamu yang teriring senyum
seakan melepaskan aroma kasih putih yang suci
hingga dalam detik waktu kau selalu berada,
mewarnai hari hari serta mewarnai hati jiwaku
Ketika semua ku genggam dalam kepalan jiwa
kau lari terlunta lunta tinggalkan jejak jejak kasih yang setia
sehingga aku terkapar dalam jala luka yang sungguh menganga
Sekeping hati merona di pelataran sumpah cinta
yang terangkat manis menepuk golora jiwa
lalu menjadi serpihan serpihan kata yg membeku
mengenang di pucuk pucuk daun talas yg biru
Hati merintih menahan rasa yang terkenang
oleh hempasan hempasan waktu yang terlunta
hingga menjadikan kata kata cadas yang memar
lalu menipis dan hanyut oleh deburan ombak
Sore berlahan lahan memecahkan kehangatan
yang berkecambuk riyuh dalam sebuah terpaan
hingga awan hitam datang bersama deru angin
lalu gelapkan hati yang merintih terlantar
yang terangkat manis menepuk golora jiwa
lalu menjadi serpihan serpihan kata yg membeku
mengenang di pucuk pucuk daun talas yg biru
Hati merintih menahan rasa yang terkenang
oleh hempasan hempasan waktu yang terlunta
hingga menjadikan kata kata cadas yang memar
lalu menipis dan hanyut oleh deburan ombak
Sore berlahan lahan memecahkan kehangatan
yang berkecambuk riyuh dalam sebuah terpaan
hingga awan hitam datang bersama deru angin
lalu gelapkan hati yang merintih terlantar
Langganan:
Postingan (Atom)