Di matanya aku ingin menulis sejak tentang rasa yang menyikap
namun tanganku gemetar menggempakan tegar yang kusyirat
menjadikan bahasa latin tiada terbaca oleh sang makna
di matanya ingin aku lukiskan altar kehidupan yang sesungguhnya tentang alam
bagaimana caranya laut mengecup bibir bibir pantai yang berpasir
lalu datangkan mutiara mutiara kasih yang indah bercahaya
namun jari jari kaku di antara kata yang kutulis dengan lembut
dengan sebuah bahasa cinta dan kasih sayang yang melapang
bagaimana caranya laut mengecup bibir bibir pantai yang berpasir
lalu datangkan mutiara mutiara kasih yang indah bercahaya
namun jari jari kaku di antara kata yang kutulis dengan lembut
dengan sebuah bahasa cinta dan kasih sayang yang melapang
di matanya pula ingin aku lukiskan sebuah bayang bayang hidup
yang takkan pernah henti tersenyum indah biaskan pagi buta
menggantikan gerimis gerimis hujan yang senantiasa membasahi
namun jiwa selalu bersanding kata dengan bahasa mungkinkah
yang menjadikan rasa takut pada debar debar hatiku keterbukaan hatinya
sedangkan hatiku kini mulai luluh dengan hias indah senyunya.
yang takkan pernah henti tersenyum indah biaskan pagi buta
menggantikan gerimis gerimis hujan yang senantiasa membasahi
namun jiwa selalu bersanding kata dengan bahasa mungkinkah
yang menjadikan rasa takut pada debar debar hatiku keterbukaan hatinya
sedangkan hatiku kini mulai luluh dengan hias indah senyunya.
Aaah tiada mungkin seperti angin yang berhembus baginya tentangku
yang diam diam berharap dengan kepastian cinta dan kasihnya untuk berlabuh.
yang diam diam berharap dengan kepastian cinta dan kasihnya untuk berlabuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar