Senyummu kini menjadi sebuah silet yang tidak berhenti menyayat hati
Dan luka ini takkan kau tahu beserta pedih yang kurasakan
Lewat dari hembuskan angin yang menghantam kepiluan
Sepertinya tak ada waktu hati ini slalu menjerit jerit
Dan tatapanmu kini bagai anak panah membusur dadaku
Menghentikan detak detak cinta yang kau tanamkan dalam jantungku
Hingga tiada berdaya dengan semuaku yang kau ratapi
Bahkan suaramu yang dulu merdu ketika memaparkan kata
Sesekali anak burung mencicit menemui sang mentari pagi
Kini bagaikan halilintar menghantam kenyataan hingga sunyi
Lalu datangkan deras bujan kepedihan yang berlimbah
Di setuap lekukan lekukan bibir kecilku yang membungkam.