Senin, 06 Februari 2017
Siapa Untuk Siapa
Mata melihat hati membuta tak mengerti siapa yang di depannya
Telinga mendengar hati tertutup yang di dalamnya tak satupun rahmat rahmat allah yang bertasbih
Selain para syetan yang memainkan gendang iblisnya
Kemunafikan seakan akan mujur luruh dan bersih tida kebohongan
Walau tangan iblis sudah jelas menulisnya dengan darah Yang memirah
Entahlah dunia ini apa dan untuk siapa
aku yang jelata hanya mampu berdoa
Ya allah kuatkanlah iman dan ketaqwaanku
Beserta keluarga dan teman teman setia bersamku
Jangan biarkan diri ini terlelap dengan indahnya dunia yang nampak bersinar
Di baliknya petang dan gelap penuh siksamu
Kemunafikan terlalu dalam memproklamirkan diri
Yang menjadi senjata tajamnya sang pejuang iblis yang di namakan syetan
Mulut diam menjadi ngaungan singa liar yang tak satupun rahmat di dalamnya
Tiada hati mengeluh,tiada hati berzikir,tiada hati beristiqfar
Selain menatap banyaknya harta dan ingin menjadi raja
Ya allah jauhkanlah kekuatan fir,un dalam diri ini
Tutupkanlah tubuh hambamu ini dari cahaya yang melebihi cahaya
Aku hanya meminta kepadamu dan tunduk mepadamu
Ya allah tak ada hakim dalam hidup selain pengadilanmu
Ku serahkan semuanya ini kepadamu
Selasa, 31 Januari 2017
Munajat
Ya Rob.....
Sebelum raga ini kembali pada tanah yang hitam
sebelum tulang belung ini remuk di dalam jurang
dan sebelum engkau ambil roh roh yang tersimpan
izinkanlah hambamu dalam rajutan kasih dan cinta
berjalan di antara pesuruhmu yang engkau percayakan
Ya Rob.....
Sebelum mataku buta tak dapat melihat
sebelum jiwaku halus mendebu di himpat tanah
dan sebelum jari jari ini kaku dengan kesendiriannya
kuatkanlah hambamu ini dengan segala hamparan malam
yang begitu memekat di setiap nanarnya mataku melihat
Ya Rob.....
kubersandar pada rohmatmu selain hujan
ku bersujut padamu selain dari sholat
munajatku dalam seruh berikanlah hambamu ini
kepekaan yang jelas dalam kenyataan hidup yang kuat
hingga dapat menguatkan imanku yang rapuh
Pada laut kutulis
lembar demi lembar kulihat mengayuh asin setiap goresan yang tercetak pada lautan luas
dan beribu kata rapi tersusun sajak indah tentangmu
yang kuhimpun sunyi di luasnya birahi Lautan dan juga tentang perjalanan seseorang yang berpagarkan rindu serta ombak
dan beribu kata rapi tersusun sajak indah tentangmu
yang kuhimpun sunyi di luasnya birahi Lautan dan juga tentang perjalanan seseorang yang berpagarkan rindu serta ombak
lembar demi lembar ku tuliskan sajak hati
yang meresap sebuah kata-kata,barangkali mampu kau teguk
hingga menjadikan tulang sumsum yang ku tanyakan pada karang
biar angan dan imajinasiku setia berlayar di halaman-halamanmu
dan di setiap rekahan kata-katamu yang menegak
hingga ku tak memburu lagi nasib dan rasi di langit malam
yang meresap sebuah kata-kata,barangkali mampu kau teguk
hingga menjadikan tulang sumsum yang ku tanyakan pada karang
biar angan dan imajinasiku setia berlayar di halaman-halamanmu
dan di setiap rekahan kata-katamu yang menegak
hingga ku tak memburu lagi nasib dan rasi di langit malam
Jarak
ingin rasanya menggunting jarak
yang sangat jauh ini menjadi dekat
hingga menjadikan tunas tunas cinta terlihat dan menghilangkan rasa yang ada dalam benak rindu
untuk memindahkan tubuh pada ruang yang tidak sunyi lagi
untuk slalu di beranda berpetak penuh dengan nyatanya
dan tidak meminjam nada-nada dan suara-suara yang kusuka
kemudian kualunkan senandung cinta yang biru
selagi senja menghangat di atas birunya langit
hingga dirimu teraduk dalam cangkir senja yang membumi
dalam secangkir kopi dan imajinasi yang senantiasa membenak
ketika kusesap dalam-dalam yang menyejuk hangat
hingga rindu tidak lagi bertebaran memenuhi warna pelangi di kejauhan
Minggu, 29 Januari 2017
Kau yang kunanti
Aida Tiada lagi yang dapat diharap setelah semua berubah gelap. Tiada pula bayang yang dapat dilihat. Gelap, pekat, tercekat
Maski diri telah bersiul menyaringkan suara
Selain hanya butiran tasbih berbutar
Dan memanggil nama namau yang beraksara
Aku tak lagi terhanyut dalam tatapan tatapan bulan yang bersinar di setiap ruas ruas pandangan
Selain hanya ku bermunajat terucap engkau kan pulang
Maski diri telah bersiul menyaringkan suara
Selain hanya butiran tasbih berbutar
Dan memanggil nama namau yang beraksara
Aku tak lagi terhanyut dalam tatapan tatapan bulan yang bersinar di setiap ruas ruas pandangan
Selain hanya ku bermunajat terucap engkau kan pulang
Dengarlah cicitan kenari kenari kecil di atas ranting
Yang memaksakan diri pada sang induk di peluk karena dingin
Dialah aku yang gigil menanti kerinduan segera pulang pada jiwaku yang mengemis
Untuk meluruhkan jiwa yang tangis dalam gelap malam
Membangunkan cinta yang lama tertidur pulas dengan satu rindu untukmu
Yang memaksakan diri pada sang induk di peluk karena dingin
Dialah aku yang gigil menanti kerinduan segera pulang pada jiwaku yang mengemis
Untuk meluruhkan jiwa yang tangis dalam gelap malam
Membangunkan cinta yang lama tertidur pulas dengan satu rindu untukmu
Langganan:
Postingan (Atom)