Sabtu, 02 Juli 2016

Rintihan malam

Kini malam terpinang sunyi yang begitu senyap dalam diri
Dan Anginpun mendinginkan diri selaksA salju yang mengepal
Tak ada riuh tak ada kata selain resah gelisah menghantar ruah ruah diri yang mendesah
Menjadikan gigil yang tak mengobarkan semangat diri

Langit terpanggang sunyi yang menyekamkan jiwa jiwa hampa di kerut malam
Dan tak ada satupun cahaya cahaya malam di setiap tatapan
Selain gemintang yang menggantungkan diri di atas langit
Yang menghampa penuh kepedihan dan penderitaan yangg malang

Bumi merengkuh bumi berpasrah pada semua kenyataan yang gelap
Yang kini semakin mencekam dan melekat hingga berpekat
Menjatuhkan daun daun berguguran bak medan peperangan yang panas.

Rabu, 29 Juni 2016

Hujan di bumiku

Setelah hujan semalaman menjatuhkan diri pada bumiku
Haruskah hujan kembali mengalir dari Langit Biru
Sedangkan bumiku sudah tak menemukan mangkok untuk menadahnya
Haruakah dialirkan pada sungai sungai kecil yang berbatu
Sedangkan batu batunya kokoh tak dapat  di pindainya
Atau haruskan ku biarkan sedemikian,lalu melubangi setiap cakar alam
Yang sudah terbangun rapi walau tak begitu kokoh
Entahlah....kenapa harus sedemikian risih

Aku Yang Terhempas

Dari sudut sepi yang begitu mulus di hias angin pilu yang luruh
Ada Sebuah hati menjerit lirih pada kehampaan yang begitu tandus
Harapan yang begitu entah pada sebuah takdir sepertinya terbelenggu dalam dalam
Dan kini Hanya desah dan pasrah menjejaki jalan setapak yang kosong

Dari sudut sepi pula yang diterjemahkan suara ayam bersyukur
Ada sebuah jiwa yang memontang mantingkan kepalanya
Seperti ada rias yang slalu memutar mutar dalam dirinya
Tentang cinta,tentang kasih,tentang rindu,dan tentang semuanya yang tak terjawab.

Entahlah begitu gigilnya sepi yang tertampak di pagi ini
Hingga harus menenggelamkan kisah kisah indah yang sudah terhias
Menjadi kenangan kenangan yang harus meneteskan deras air mata.
Dan harus mematikan segala cinta yang sudah indah tertancap di jiwa

Senin, 27 Juni 2016

Aku Menunggumu


Jangan kau jadi aku selarik kata yang kekal tanpa dibaca
Lalu menjadi batu yang tertetes hujan hingga mempasir
Yang terinjak injak para raga lalu tenggelam tanpa  makna

Senantiasa kau berbasa gerimis dengan rindu rindumu
Dan senantiasa pula kau berbahasa angin dengan mendungmu yang jauh
Sedangkan aku disini membatu yang hitam penuh kekal
Menantimu yang masih entah di tergagah oleh waktu......

Dengarlah nyanyian nyanyian malam yang ku kidungkan lewat sunyi
Dan dengarkan pula melodi melodi malam yang ku petik dari sepi
Iyalah hanya kamu dan kepadamulah aku menunggu

Untuk Sekar Arum

Sekar Arum......
Haruskah aku mengorak ngorak langit hingga kau tau mutiaranya
Yang terlilit cahaya cinta bermutiara bintang di jiwanya
Atau ku harus berteriak petir hingga kau dapat memahaminya
Bahwa di kedalam jiwanya ada aku yang bersemayam penuh dedoa

Sekar Arum....
Lihatlah di kala senja mulai renum dengan awannya yang berarak
Dan anginnya yang mengiringi sari lembutnya pada kekerajaan malam
Hingga tak ada cahaya lagi walau seberkas lentera kecil
Aku berharap.aku berdoa dengan segala jiwa supaya engkau aminkan
Untuk mendatangkan terang yang senantiasa menghitam