Selasa, 31 Mei 2016

Tak mampu ku berkata

Entahlah....
Sampai kapan rasa ini aku pendam dalam salam
Sedangkan hati terus meronta ronta dengan kuatnya
Seperti halilintar yang merobek robek kesunyian

Entahlah....
Haruskan aku utarakan lewat senandung syair yang bijak penuh cinta
Atau harus aku titipkan pada sehelai daun yang hijau
Untuk menyatakan rasa cinta yang kini mulai meronta

Entahlah....
Terkadang hati tak mampu untuk menyatakan dari bibir bibir luka
Yang tak pernah memanis selain hanya lewat dari senandung bahasa
Yaaah...
Bahasa cinya yang bergaun sastra dan bahasa rindu yang berwana biru...

Jujur

Jujur aku mencintainya dengan segenap rasa yang ada
Seprtinya dengannya segala hal akan berubah sempurna
Sakit yang kurasakan mungkin sirna seketika

Jujur aku merinduinya bagaikan langit dan buminya
Dengan rintikannya meneteskan rintik rintik hujan sebagai kasih dan sayangnya
Lalu menumbuhkan bunga bunga cinta yang yang harum tiada waktunya

Jujur aku berharap dengan sapa dan senyumnya
Yang tak pernah berhenti menyiksa hati dalam sendirinya
Namun apakah dia tau bahwa aku menvintainya.....
Entahlah yang aku tau
Hanyalah aku berharap belas kasih dan cintanya....

Rabu, 25 Mei 2016

Kepahitanku

Bahasa salju menerangkan dingin yang mencubit sepi..
Sementara angin meriuh tak pernah berhenti mematahkan ranting
Menjadikan gugurnya daun di atas tanah yang kering..

Sementara Bahasa alam tak henti hentinya memanggil pekat
Seakan akan menjanjikan gelap yang menimpa kepahitan
Pada durjananya terkasih yang hilang...

Air tak lagi meriak,dengan angkuhnya menggulung dari tengah lautan menghantam karang yang sudah rapuh dengan usianya...

Demikianlah Cerita cintaku yang terpeluk gugur di medan perang

Minggu, 22 Mei 2016

Pedih

Mungkin memang aku tercipta sebagai bahasa luka
Yang tak henti hentinya sebagai penglihatan Dan pelajaran hidup tentang Cinta.
Atau memang aku adalah memang aku tercipta sebagai sampul sampul sobek dalam buku rindu
Yang hanya menyisakan kerapuhan kerapuhan
Lalu punah di telan matahari yang membakar.

Kini semuanya hancur......
Hanya kenanganlah yang dapat aku rasakan dalam pedihnya waktu yang terus menusuk nusuk jiwaku.
Bersama desah pengabdian yang pedih membawa sehelai harapan yang patah di setiap jejak jejak langkah.

Betapa berat kenyataan yang harus kulalui
Dan betapa hebat rasa yang menggerutui jiwaku.
Rindu sebatas angin yang tak kan lagi tersampaikan
Kasih takkan lagi sampai pada ikrarnya
Cinta bertaubatkan luka yang tak pernah akhir sampai masa